Rabu 02 Aug 2023 20:52 WIB

Penjelasan Lengkap Rocky Gerung Soal Bajingan Tolol

Rocky Gerung jelaskan soal ungkapan bajingan tolol.

Rep: C02/ Red: Muhammad Hafil
Rocky Gerung jelaskan soal ungkapan bajingan tolol.
Foto: Republika
Rocky Gerung jelaskan soal ungkapan bajingan tolol.

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO–Pengamat politik Rocky Gerung mengungkapkan alasan dirinya menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) "bajingan tolol". Hal tersebut disampaikannya ketika menjadi salah satu narasumber di UMS saat acara Mimbar Mahasiswa Cipta, Rasa Karsa Pendidikan Indonesia, Rabu (2/8/2023). 

Dalam paparannya, Rocky sempat memberikan contoh, yakni ketika dia menceritakan pertemuannya dengan petani sawit dari Sumatra yang terpaksa memulangkan anaknya karena harga sawit anjlok. 

Baca Juga

"Saya kasih contoh mikro supaya bisa nangkap nuansa pemikiran kita. Suatu waktu saya tiba di Banyuwangi mau kasih kuliah di Jember. Seorang ayah mencegat saya di depan toilet, 'Pak Rocky, sebentar, saya (petani) mau bicara sesuatu,'" kata Rocky, Rabu (2/8/2023). 

"Saya dari Sumatra mesti ke Jember karena dua anak saya kuliah di Jember, tapi saya mesti bawa pulang salah satu anak saya. Akhirnya dia bilang saya mengirim dua anak saya ke Jember karena saya mendengar keterangan pak Jokowi yang mengatakan bahwa harga sawit akan stabil, saya petani kecil petani sawit," katanya menambahkan. 

Rocky mengatakan bahwa dari keterangan petani tersebut waktu dia membuat rencana harga sawit di kisaran 2.500 rupiah per kg. Namun, ketika bertemu dengannya harga sawit anjlok jadi 900 rupiah per kg. 

"Waktu dia bikin perencanaan untuk menyekolahkan dua anaknya itu, dia tahu anaknya akan lulus lima tahun lagi ketika harga sawit itu 2.500. Karena dia bikin perencanaan keluarga berdasarkan pernyataan Presiden. Itu Presiden yang janjikan, ternyata drop. Mengapa tadi dia mengalami kecemasan eksistensial? Dia nggak mungkin memikirkan apa itu global market. Tapi dia pegang janji Presiden. Presiden janjikan itu. Ternyata drop harga sawit itu, " katanya. 

"Anda lihat kebijakan negara mempengaruhi psikologis keluarga. Kecemasan itu tiba di bandara kira-kira dua jam untuk pergi ke Jember, jadi bayangkan hubungan antara public policy dengan psikologi keluarga, saya mau menganalisis sampai di situ, yang bikin bapak ini susah namanya bajingan. Habis, mau bilang apa istilahnya?" katanya menambahkan. 

Selanjutnya, pihaknya juga sempat mencontohkan perbandingan jika hal tersebut terjadi di Eropa. Ia mengatakan misalnya harga tomat naik dua sen, maka perdana menterinya akan jatuh.

"Kalau kita pakai parameter itu, Pak Jokowi mestinya sudah jatuh karena dia gagal atau, dalam bahasa tadi, dia berbohong terhadap kebijakan. Ya bohong dong, dia bilang akan stabil tapi ternyata turun. Kan itu yang kita maksud tadi," katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement