REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra
Bus berhenti di jalan melingkar. Para penumpang turun bergiliran. Pemandangan pepohonan terhampar di depan. Terik matahari tidak terasa. Bahkan, sinar matahari hampir tertutup rerimbunan daun dan akar yang menjuntai. Pantas saja suasana terasa sejuk.
Di samping kiri, ada papan informasi yang terpajang. Papan menjelaskan secara detail jenis pohon yang ditanam. Ada beringin, jambu-jambuan, mangga, sengon, hingga kayu endemik khas Luwu Timur (Lutim), seperti jabon merah dan putih.
Benar-benar tidak disangka. Hutan lebat ini dulunya merupakan bekas tambang. Kawasan ini dinamakan Bukit Himalaya. Lokasinya berada di area konsesi PT Vale Indonesia. PT Vale Indonesia menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Hasanuddin (Unhas), serta Dinas kehutanan Lutim dan Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk mereboisasi Bukit Himalaya.
Hutan rimbun yang dipenuhi puluhan jenis pohon ini, berlokasi di area penambangan Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Lutim, Provinsi Sulsel. Wilayah hutan lebat tersebut memiliki luas sekitar 50 hektare.
Uniknya, pengunjung bisa melihat katalog tanaman dengan memindai kode batang yang dipasang di papan pengumuman. Jika tidak melihat papan informasi yang terpampang, pengunjung pasti kecele jika kawasan tersebut baru berusia 17 tahun. Maksudnya, baru sejak 2006, Bukit Himalaya berubah wujud. Dulunya, aktivitas penambangan nikel terjadi di sini.
"Himalaya Hill termasuk kawasan yang awal ditanami pohon setelah penambangan selesai. Usia pohon di sini semua 17 tahunan, khusus sengon 18 tahun karena ditanam duluan," kata Supervisor Reclamation Rehabilitation PT Vale Indonesia, Erlin Harry saat memberi pemaparan kepada para wartawan yang melakukan kunjungan ke area konsesi tambang di Sorowako pada akhir Juli 2023.
Setelah proses pengerukan nikel selesai, PT Vale Indonesia tidak lepas tangan. Perusahaan berkomitmen ingin menjaga lingkungan dengan menghijaukan kembali kawasan tersebut, seperti sebelum dilakukan penambangan. Tujuannya agar penambangan berkelanjutan benar-benar dipraktikkan.
Langkah awal, Vale mengundang Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro untuk menanam pohon pertama di Bukit Himalaya. Penanaman bibit pohon tidak sekadar berhenti di seremonial belaka. Perusahaan benar-benar menjaga dan merawat semua tanaman.
Kini, hasilnya baru terasa. Laksana hutan tropis yang rimbun, kawasan tersebut benar-benar dipenuhi pohon menjulang dengan akar yang kuat. "Kawasan ini dulu diresmikan oleh Menteri ESDM Pak Purnomo," ucap Erlin.
Karena area eks tambang dikembangkan menjadi kawasan hutan, otomatis berbagai hewan liar berdatangan. Selain menjadi rumah bagi burung dan serangga, menurut Erlin, rusa liar dari kawasan hutan asli di Lutim juga berdatangan.
Alhasil, jika ada orang luar datang mengunjungi Bukit Himalaya, mereka dipastikan tidak tahu jika yang disaksikan sekarang dulunya adalah area penggalian nikel. "Ini sekarang juga jadi ekosistem hewan liar, rusa datang sendiri dari hutan datang ke sini, monyet juga, ular yang pasti ada, dan berbagai macam lainnya," kata Erlin.
Dia menambahkan, dengan mengajak langsung orang luar datang ke Bukit Himalaya maka bisa menjadi bukti bahwa perusahaan memang berusaha menjaga area konsesi seperti sedia kala. Wajah hutan benar-benar kembali seperti semula.
Sebelum ke Bukit Himalaya, Republika.co.id sempat diajak meninjau Bukit Solia. Dari salah satu titik tertinggi area penambangan PT Vale Indonesia, terlihat jika berbagai alat berat sedang beraktivitas menggali nikel dan diangkut dengan dump truck.
Ketika nanti penambangan sudah selesai maka perusahaan juga menerapkan kebijakan reklamasi dan reboisasi. Dengan begitu, kawasan itu ditata dan dikembangkan seperti area hutan ketika belum dilakukan pertambangan, yang ke depannya bisa menjadi seperti Bukit Himalaya.
Manager Mining Block Sorowako Abdul Rauf menjelaskan, kawasan yang sudah selesai ditambang memang akan dikembalikan fungsinya seperti semula. Sebelum ditanami, sambung dia, tentu saja kawasan pascatambang akan diuruk terlebih dulu agar tanah menjadi rata. Setelah itu, baru proses penanam bibit dilakukan hingga area eks tambang bisa menjadi hijau dipenuhi pepohonan.
Semua pepohonan yang ditanam di Bukit Himalaya diproduksi sendiri di nursery, yang berlokasi di samping Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Sawerigading Wallacea. Luas Taman Kehati total 75 hektare, dan baru difungsikan sekitar 15 hektare.
Menariknya, terdapat mining park di area Taman Kehati. Pengunjung bisa berfoto dengan berbagai alat berat yang selama ini dioperasikan perusahaan dalam melakukan penambangan. Beragam alat berat yang ditempatkan di berbagai sudut taman menang sudah tidak digunakan lagi.
Adapun luas area nursery sekitar 2,5 hektare. Kebun persemaian tanaman terlihat modern. Lokasi pembibitan yang didirikan pada 2005 ini dalam setahun setidaknya bisa memproduksi 700 ribu bibit pohon. Proses perawatan, penyiraman, dan penanaman bibit pohon, buah, hingga bunga dikontrol ketat dan sangat dijaga. Alhasil, bibit yang dihasilkan benar-benar berkualitas unggul.
Team Leader Revegetation PT Vale Indonesia, Harun Tandioga menerangkan, area nursery mengembangkan sekitar 65 jenis bibit tanaman yang memiliki sifat bisa didaur ulang dan cepat tumbuh. Di dalam shade house, misalnya, pengunjung bisa mendapati bibit uru, kayu angin, salam, bitti, akasia, karsen, buri, ekaliptus, hingga nato merah.
Dari total produksi 700 ribu bibit, sambung dia, perusahaan memiliki kebijakan membagikan sekitar 25 ribu kepada masyarakat sekitar, instansi, maupun individu yang ingin mendukung penghijauan di Sorowako dan sekitarnya. Menurut dia, perusahaan dalam merancang program reboisasi sudah dilakukan secara terintegrasi.
Sejak awal ketika pepohonan hutan ditebang untuk dijadikan area tambang, Vale memanfaatkan anakan pohon untuk dikembangbiakkan. Ada pula memakai metode menyemai biji. Semua jenis pohon itu dikembangkan di nursery, dan ketika sudah menjadi bibit unggul maka ditanam di lahan pascatambang. "Semuanya kami rawat dan awasi, hingga pepohonan menjadi besar," kata Harun.
Dia menjelaskan, Taman Kehati pertama kali ditanami berbagai bibit pada 2006. Lokasinya juga bekas tambang. Namun, berkat kegigihan pekerja atas arahan perusahaan yang menjadi bagian MIND ID maka kawasan tersebut sudah seperti saat sebelum dijadikan area pertambangan.
Harun mengakui, pada awalnya menghijaukan kawasan bekas tambang tidak semudah menanam bibit di lahan kosong. Namun, karena bibit terus dijaga, disiram, dan dipupuk maka berbagai pepohonan itu kini sudah bisa besar.
"Pertama memang susah karena kadar haranya masih sedikit, sekarang sudah terjadi siklus hara tertutup. Daun yang jatuh jadi humus, sehingga tak perlu lagi dipupuk. Siklus itu sudah terjadi dan pepohonan menjadi besar," ucap Harun.
Dia pun menunjukkan beberapa pohon yang sudah berukuran cukup besar, di antaranya eboni, gaharu, maupun agathis. Khusus gaharu, ketika ditanam di dekat pepohonan yang cepat tinggi maka pertumbuhannya menjadi lambat akibat tidak cukup menerima sinar matahari. Harun juga menunjukkan kumea, pohon asli Sulawesi yang sudah tergolong langka.
Dia menunjukkan, dibandingkan dengan pepohonan lain yang sudah mencapai di atas 10 meter, pohon kumea terasa imut lantaran tingginya baru mencapai 1,2 meter. Karena itu, Taman Kehati juga menjadi 'rumah' bagi berbagai jenis pepohonan yang sudah langka ditemukan masyarakat Sorowako dan sekitarnya.
"Bayangkan ini sudah usia 17 tahun, baru begini, butuh berapa tahun untuk menjadi pohon besar? Dibandingkan dengan pertumbuhan pohon lain, ini memang lambat tinggi," kata Harun menjelaskan.
Contoh pertambangan berkelanjutan
Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Febriany Eddy menegaskan, perseroan benar-benar berkomitmen tetap menjaga lingkungan alam dalam melaksakana aktivitas penambangan. Dia mengungkapkan, Vale sebelum melakukan penggalian di area konsesi sudah merencanakan sejak awal untuk melakukan reklamasi dan reboisasi kawasan tersebut ke depannya.
Karena itu, Febriany menjamin, Vale dalam melaksanakan pertambangan berkelanjutan tidak sekadar jargon, melainkan diterapkan sepanjang waktu. Bahkan ketika harga nikel rendah maupun sekarang menjadi primadona, perusahaan selalu memikirkan tindakan pascapenambangan.
"Kami sudah keliling ke mana-mana, jika ada yang lebih baik (dari Vale), beri masukan kepada kami. Saat harga nikel jatuh dan naik, Vale tetap berkomitmen melanjutkan pertambangan berkelanjutan," kata Febriany saat ditemui di Taman Anak Bangsa, Sorowako, Kabupaten Lutim, akhir Juli 2023.
Dia menyebut, perusahaannya dalam menjalankan praktik penambangan berkelanjutan mendapatkan apresiasi dunia. Febriany pun membagikan pengalaman ketika Menteri Industri dan Keamanan Ekonomi Nusrat Ghani berkunjung ke lokasi pertambangan di Sorowako pada medio mei 2023.
Menurut Febriany, Ghani sangat terkagum dengan proses penambangan yang dilakukan PT Vale. Hal itu karena perusahaan sudah memikirkan langkah ketika proses penambangan selesai. Sehingga dampak kerusakan lingkungan sudah bisa diminimalkan dan diantisipasi sejak dini.
"Menteri dari Inggris, beliau surprise ketika berkunjung ke sini, melihat juga arboretum. 'Ternyata bisa juga ya praktik pertambangan berkelanjutan' dilakukan," ucap Febriany menirukan decak kagum Ghani yang berkeliling area Vale.
Pun ia juga menyinggung kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke PT Vale pada akhir Maret 2023. Setelah diajak berkeliling, kata Febriany, RI 1 meminta perusahaan penambangan untuk mencontoh apa yang dilakukan Vale dalam memperbaiki dan menjaga lingkungan di area dan sekitar tambang.
Febriany menambahkan, salah satu kunci perusahaan bisa menerapkan kebijakan tersebut adalah karena sejak perencanaan hingga kawasan tambang ditutup, semuanya sudah dipikirkan secara holistik. Sehingga praktik di lapangan bisa lebih mudah diterapkan ketika semuanya sudah dikonsep sejak awal.