Senin 14 Aug 2023 12:20 WIB

Pengamat: Koalisi Gemuk Prabowo tak Jamin Pilpres Satu Putaran

Kekuatan Prabowo Subianto akan terpecah dengan Ganjar Pranowo.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (dari kiri) melambaikan tangan usai deklarasi dukungan Pilpres 2024 di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Ahad (13/8/2023).
Foto: Prayogi/Republika
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (dari kiri) melambaikan tangan usai deklarasi dukungan Pilpres 2024 di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Ahad (13/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bergabungnya Partai Golkar dan PAN membuat koalisi yang mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2024 semakin kuat dan gemuk dibandingkan poros koalisi lainnya. Saat ini partai koalisi pendukung Prabowo Subianto telah mencapai 46,09 persen kursi di parlemen.

 

Baca Juga

Meski begitu, pengamat politik dari lembaga Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai kuatnya dukungan ini tidak serta merta membuat Pilpres 2024 satu putaran.

 

"Situasinya tentu saja Prabowo mendapat dukungan lebih kuat, hanya saja belum cukup kuat membuat pilpres satu putaran, karena Koalisi Perubahan juga besar porsinya," ujar Dedi dalam keterangannya, Senin (14/8/2023).

 

Dedi mengatakan, jika mengacu hitungan Pilpres 2019 lalu, kubu Presiden Joko Widodo saat itu mengumpulkan kekuatan koalisi hingga 60 persen. Sementara pihak oposisi di angka 40 persen.

 

Sedangkan saat ini, kekuatan Prabowo akan terpecah dengan Ganjar Pranowo. "Sehingga mencapai suara bulat 50an persen akan tetap berat dilakukan, kecuali jika kandidat hanya dua pasang," ujarnya.

 

Dedi melanjutkan, kemungkinan dua pasang capres masih terbuka jika besarnya koalisi Prabowo membuat PDIP ikut merapat ke koalisi tersebut. "Bukan tidak mungkin, dengan besarnya gerbong Prabowo bisa ubah keputusan PDIP untuk ikut merapat, dan jika demikian maka satu putaran itu lebih mungkin," ujarnya.

 

Sedangkan untuk posisi cawapres, Dedi menilai  tidak banyak mempengaruhi pilihan pemilih. "Cawapres jika bukan dari kalangan elit partai, atau tokoh senior bangsa, dipastikan akan diisi tokoh korporat atau triliuner. Itu hukum politisnya demikian, bukan soal elektabilitas, tapi soal dukungan kontestasi," ujarnya.

 

PAN bersama Golkar resmi bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2024-2029.

Acara deklarasi digelar di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (13/8/2023). Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Partai PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hadir dalam acara tersebut.

Selain itu, sejumlah petinggi partai ikut hadir. Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, Lodewijk Freidrich Paulus, bersama Ketua DPD Partai Golkar Jabar, Tubagus Ace Hasan Syadzily, dan Dito Ganundito juga tampak hadir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement