REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH -- Rabi pertama di Riyadh Arab Saudi, Yaakov Israel Herzog, berbicara soal spekulasi tentang kesepakatan normalisasi antara Arab Saudi dan Israel yang meningkat. Dia mengatakan ingin memperluas layanannya di kota untuk membantu menyediakan kebutuhan religius ekspatriat Yahudi yang bekerja di kerajaan.
"Saya ingin membangun pusat yang layak, pemandian ritual Mikvah yang layak, sinagoga, sekolah sehari untuk anak-anak, dan apa pun yang dibutuhkan orang Yahudi di kerajaan untuk memiliki kehidupan Yahudi yang memuaskan," kata dia, dilansir The New Arab, Selasa (15/8/2023).
Itu akan menjadi tambahan dari layanan saat ini yang disediakan oleh Herzog, yang meliputi memimpin doa dan menjadi tuan rumah Paskah. Sebagai bagian dari "Visi 2030", Arab Saudi mengumumkan pada tahun 2014 bahwa orang Yahudi dapat bekerja di negara tersebut.
Menurut Herzog, sekarang ada sekitar 15 ribu orang Yahudi yang bekerja di Arab Saudi. Dia mengatakan, ada jumlah pemilih yang bagus untuk kegiatan yang dia selenggarakan sebagai bagian dari rumah Chabad (pusat kegiatan komunitas Yahudi) yang dia dirikan di negara itu.
Meskipun tampilan publik dari praktik keagamaan non-Islam masih dilarang di Arab Saudi, rumah Chabad dapat melakukan aktivitasnya. "Ketika memutuskan bagaimana mempraktikkan kebiasaan Yahudi, pada dasarnya kami melihat buku hukum Saudi saat ini, dan kami menguji air," kata Herzog.
Dia mengatakan bahwa publik dan otoritas Saudi sangat ramah dan sangat hormat. Wawancara Rabbi Herzog dengan media Israel dilakukan saat AS berupaya mendorong kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi.
Herzog telah menyatakan dukungannya untuk normalisasi, memposting di Twitter, "Kita semua melihat ke arah perjanjian damai antara Israel dan kerajaan Arab Saudi."
Kesepakatan normalisasi sebelumnya antara Israel dan negara-negara Arab yang ditandatangani pada tahun 2020 dikutuk oleh Palestina sebagai pengkhianatan terhadap tujuan mereka. Orang-orang Palestina mengatakan bahwa mereka memberi penghargaan kepada Israel sementara Israel terus menduduki Tepi Barat dan mengepung Jalur Gaza.
Dialog antaragama telah lama menjadi jembatan politik informal antara Israel dan negara-negara Arab. Arab Saudi secara resmi terus mengkondisikan normalisasi dengan Israel pada pembentukan negara Palestina, tetapi hubungan tidak resmi antara kedua negara telah meningkat.
Baru-baru ini, perusahaan Israel SolarEdge Technologies Inc. setuju untuk melakukan usaha patungan dengan perusahaan Saudi untuk meningkatkan infrastruktur energi surya Arab Saudi.