REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seseorang mungkin cemas jika mendapati banyak helaian rambut yang berjatuhan di bantal atau tersangkut saat menyisir rambut. Namun, tak perlu khawatir berlebihan karena secara alami rambut memang akan rontok.
Dilansir laman American Academy of Dermatology Association, Rabu (16/8/2023), kerontokan rambut antara 50 hingga 100 helai sehari adalah hal yang normal. Namun, ketika tubuh merontokkan lebih banyak rambut, barulah perlu mendapat perhatian khusus.
Kerontokan rambut yang berlebihan bisa dipicu beberapa hal, termasuk penurunan berat badan, efek setelah melahirkan, stres, demam, usai menjalani operasi, juga masa pemulihan dari sakit. Bisa juga karena sistem kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan.
Pemicu lain yakni konsumsi beberapa jenis obat atau perawatan medis tertentu. Ada juga orang yang mengalami kerontokan rambut karena kondisi genetik. Penataan rambut alias hair styling yang melibatkan metode penarikan rambut juga berkontribusi pada kerontokan rambut berlebih. Begitu pun pemakaian produk perawatan rambut yang mengandung bahan kimia keras.
Pada sesi "Hair Talk" besutan ERHA Hair Care Center beberapa waktu lalu, dokter spesialis kulit dan kelamin Anthony Surya Wibawa Darmawan turut mengulas soal kerontokan rambut. Menurut Anthony, hair styling memang bisa berkontribusi terhadap kerontokan rambut, tapi tidak perlu sepenuhnya dihindari. "Tidak ada yang salah sebetulnya ketika melakukan hair styling, namun yang harus diperhatikan adalah frekuensi dan juga hair caring," kata Anthony, dikutip dari siaran pers ERHA Hair Care Center.
Langkah yang kerap diabaikan adalah perawatan rambut secara rutin, sehingga akhirnya timbul masalah kerontokan dan penipisan rambut. Apabila permasalahan kerontokan dan penipisan rambut sudah parah, tentunya tidak bisa diatasi dengan penggunaan produk saja. "Butuh solusi yang lebih advanced," ungkap Anthony.
Salah satu perawatan unggulan dari ERHA Hair Care Center adalah Hair Grow Activation Therapy. Terapi itu terdiri dari dua tahapan, yaitu microneedling dan red light therapy, sehingga lebih efektif dalam mengatasi permasalahan kebotakan rambut.
Akan tetapi, red light therapy bisa dilakukan secara terpisah, tanpa melakukan microneedling sebelumnya. Red light therapy atau terapi sinar merah disebut dapat menutrisi folikel rambut sehingga membantu merangsang rambut lebih sehat dan cepat.
Republika berkesempatan menjajal red light therapy di salah satu gerai Erha Hair Care Center. Kendati tidak perlu konsultasi dulu, sebelum terapi dimulai, kondisi rambut terlebih dahulu difoto oleh terapis.
Setelah itu, pelanggan diminta berbaring di tempat tidur khusus dengan tirai sehingga privasi tetap terjaga. Terapis lantas mengoleskan serum khusus dan terapi sinar merah pun dimulai, dengan durasi sekitar setengah jam.
Menurut terapis, terapi sinar merah tersebut aman untuk semua kalangan. Ada pasien muda yang juga pernah menjajalnya, sekitar usia belasan tahun. Untuk hasil yang lebih efektif, disarankan melakukannya beberapa pekan sekali.