Karena semua ponsel milik penghuni rumah disita, keluarga belum mendapat pengacara.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ali Yusuf
Ucapan salam terdengar nyaring dari dalam rumah Blok 7 Nomor 21, RT 07, RW 027, Perumahan Pesona Anggrek Harapan, Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi pada Rabu (16/8/2023) pagi WIB. Jawaban itu keluar dari penghuni rumah yang mengaku bernama Ibu Mulyati.
"Walaikumussalam. Tunggu sebentar," kata Ibu Mulyati di balik pintu dalam rumah menyambut kedatangan Republika.co.id di Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu.
Mungkin banyak yang belum tahu. Rumah yang dikunjungi Republika.co.id pada Senin (14/8/2023) petang WIB, digeledah personel Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Polri. Dari lemari, aparat menemukan belasan senjata api yang disebut dimiliki DE, pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang terafiliasi dengan ISIS.
Ibu Mulyati adalah orang tua Umi Nibras alias mertua DE. Umi Nibras selaku istri DE berada di dalam rumah ketika petugas bersenjata lengkap datang menggerebek rumah kontrakan tersebut.
Tak menunggu lama, Ibu Mulyati yang masih mengenakan daster motif sogan dangan balutan jilbab warna ungu langsung membukakan pintu rumah. Dengan ramah, ia meminta maaf tidak bisa membukakan pintu pagar rumah itu. "Maaf tidak bisa masuk ya," kata Mulyati setelah bertanya kepada sang tamu.
Setelah penggeledahan rumahnya, petugas keamanan atas perintah Densus 88 Antiteror Polri melarang siapa pun berkomunikasi dengan pihak keluarga DE. Atas larangan itu, Ibu Mulyati mengaku tak bisa berbicara banyak. Dia hanya menutup wajahnya dengan ujung jilbab sembari menahan tangis.
Ibu Mulyati bercerita singkat, ketika tiba-tiba rumahnya didatangi orang tak dikenal, yang langsung masuk menggeledah rumahnya. Kedatangan aparat membuat semua penghuni rumah merasa ketakutan dan sedih.
Ibu Mulyati menuturkan, saat penggeledahan terjadi, di dalam rumah ada anaknya dan dua cucu yang masih balita. Mereka semua kaget tiba-tiba aparat langsung masuk menggeledah kamar DE. "Saya dan keluarga hanya bisa menangis saat itu," katanya.
Menurut Ibu Mulyati, saat penggeledahan berlangsung, penyidik Densus 88 menemukan beberapa senjata api di rumah tersebut. Dari penuturan aparat, semua senjata, termasuk ponsel milik anaknya disita penyidik untuk keperluan penyelidikan. "Iya ada (senjata) dibawa termasuk handphone," kata Ibu Mulyati.
Karena itulah, ia kini tak bisa berkomunikasi dengan keluarga lainnya untuk meminta bantuan, sekadar membawakan makanan atau sekaligus mendapatkan jasa pengacara untuk membela menantunya. "Tidak bisa menghubungi siapa pun karena handphone-nya dibawa semua," ucap Ibu Mulyati.
Dia pun sempat bertanya mengapa sejumlah senjata mainan milik DE dibawa pergi sebagai barang bukti. "Saya sempat bilang itu mainan. Kata penyidiknya mainan ini bisa jadi beneran," kata Ibu Mulyati menirukan percakapan dengan penyidik.
Tak mau larut dalam perdebatan terkait status senjata, Ibu Mulyati membiarkan penyidik membawa semua barang milik DE. Dia pun heran, mengapa senjata yang disita aparat berbahan plastik. Padahal, senjata mainan memang dijual secara daring oleh menantunya.
Pistol plastik terkait terorisme...
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ali Yusuf
Ucapan salam terdengar nyaring dari dalam rumah Blok 7 Nomor 21, RT 07, RW 027, Perumahan Pesona Anggrek Harapan, Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi pada Rabu (16/8/2023) pagi WIB. Jawaban itu keluar dari penghuni rumah yang mengaku bernama Ibu Mulyati.
"Walaikumussalam. Tunggu sebentar," kata Ibu Mulyati di balik pintu dalam rumah menyambut kedatangan Republika.co.id di Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu.
Mungkin banyak yang belum tahu. Rumah yang dikunjungi Republika.co.id pada Senin (14/8/2023) petang WIB, digeledah personel Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Polri. Dari lemari, aparat menemukan belasan senjata api yang disebut dimiliki DE, pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang terafiliasi dengan ISIS.
Ibu Mulyati adalah orang tua Umi Nibras alias mertua DE. Umi Nibras selaku istri DE berada di dalam rumah ketika petugas bersenjata lengkap datang menggerebek rumah kontrakan tersebut.
Tak menunggu lama, Ibu Mulyati yang masih mengenakan daster motif sogan dangan balutan jilbab warna ungu langsung membukakan pintu rumah. Dengan ramah, ia meminta maaf tidak bisa membukakan pintu pagar rumah itu. "Maaf tidak bisa masuk ya," kata Mulyati setelah bertanya kepada sang tamu.
Setelah penggeledahan rumahnya, petugas keamanan atas perintah Densus 88 Antiteror Polri melarang siapa pun berkomunikasi dengan pihak keluarga DE. Atas larangan itu, Ibu Mulyati mengaku tak bisa berbicara banyak. Dia hanya menutup wajahnya dengan ujung jilbab sembari menahan tangis.
Ibu Mulyati bercerita singkat, ketika tiba-tiba rumahnya didatangi orang tak dikenal, yang langsung masuk menggeledah rumahnya. Kedatangan aparat membuat semua penghuni rumah merasa ketakutan dan sedih.
Ibu Mulyati menuturkan, saat penggeledahan terjadi, di dalam rumah ada anaknya dan dua cucu yang masih balita. Mereka semua kaget tiba-tiba aparat langsung masuk menggeledah kamar DE. "Saya dan keluarga hanya bisa menangis saat itu," katanya.
Menurut Ibu Mulyati, saat penggeledahan berlangsung, penyidik Densus 88 menemukan beberapa senjata api di rumah tersebut. Dari penuturan aparat, semua senjata, termasuk ponsel milik anaknya disita penyidik untuk keperluan penyelidikan. "Iya ada (senjata) dibawa termasuk handphone," kata Ibu Mulyati.
Karena itulah, ia kini tak bisa berkomunikasi dengan keluarga lainnya untuk meminta bantuan, sekadar membawakan makanan atau sekaligus mendapatkan jasa pengacara untuk membela menantunya. "Tidak bisa menghubungi siapa pun karena handphone-nya dibawa semua," ucap Ibu Mulyati.
Dia pun sempat bertanya mengapa sejumlah senjata mainan milik DE dibawa pergi sebagai barang bukti. "Saya sempat bilang itu mainan. Kata penyidiknya mainan ini bisa jadi beneran," kata Ibu Mulyati menirukan percakapan dengan penyidik.
Tak mau larut dalam perdebatan terkait status senjata, Ibu Mulyati membiarkan penyidik membawa semua barang milik DE. Dia pun heran, mengapa senjata yang disita aparat berbahan plastik. Padahal, senjata mainan memang dijual secara daring oleh menantunya.
Pistol plastik terkait terorisme...