Rabu 23 Aug 2023 08:52 WIB

Bergabung dengan BRICS untuk Kurangi Dominasi Dolar, Ekonom: Perlu Waktu

BRICS ingin memperluas ruang bisnis global, bukan untuk bersaing dengan barat.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Leaders from the BRICS group of emerging economies arrive at the start of a three-day summit in Johannesburg, South Africa , Tuesday, Aug. 22, 2023. From left, Brazilian President Luiz Inácio Lula da Silva, South African President Cyril Ramaphosa, Indian Prime Minister Narendra Modi and China Minister of Commerce Wang Wentao. Russian President Vladimir Putin will be notably absent when Chinese President Xi Jinping and other leaders from the BRICS group of emerging economies begin a three-day summit in South Africa on Tuesday.
Foto: AP Photo/Jerome Delay
Leaders from the BRICS group of emerging economies arrive at the start of a three-day summit in Johannesburg, South Africa , Tuesday, Aug. 22, 2023. From left, Brazilian President Luiz Inácio Lula da Silva, South African President Cyril Ramaphosa, Indian Prime Minister Narendra Modi and China Minister of Commerce Wang Wentao. Russian President Vladimir Putin will be notably absent when Chinese President Xi Jinping and other leaders from the BRICS group of emerging economies begin a three-day summit in South Africa on Tuesday.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini tengah muncul isu Indonesia akan bergabung kelompok negara-negara berkembang terdepan dunia yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan atau BRICS. Jika hal tersebut terjadi juga terdapat potensi untuk mengurangi dominasi dolar AS. 

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai masih perlu waktu untuk mengurangi ketergantungan dolar AS meskipun Indonesia bergabung dengan BRICS. “Kalau kita lihat selama ini meskipun persentasenya mengalami penurunan tetapi dolar AS masih menjadi mata uang yang paling banyak digunakan untuk transaksi perdagangan internasional,” kata Yusuf kepada Republika.co.id, Rabu (23/8/2023). 

Baca Juga

Hal tersebut menurutnya menggambarkan masih banyak negara yang kemudian menggunakan atau percaya terhadap mata uang negara Paman Sam tersebut. Meskipun begitu, Yusuf yakin masih ada peluang besar lainnya jika Indonesia bergabung dengan BRICS. 

“Kita tahu bergabungnya Indonesia dalam BRICS ini akan membuka peluang untuk menjalankan beragam agenda strategis termasuk terkait meluaskan pangsa pasar ekspor alternatif di luar China dan juga India,” ungkap Yusuf. 

Sebelumnya, Wakil Presiden Afrika Selatan Paul Mashatile mengatakan, dalam KTT BRICS ke-15 yang diselenggarakan di Johannesburg pada 22-24 Agustus 2023, negara anggota akan fokus membahas bagaimana cara mereduksi ketergantungan pada dolar AS. BRICS, yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afsel, ingin memanfaatkan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan di antara mereka.

“Saat ini dunia memperhatikan blok ini karena blok ini berada di garis depan wacana global, untuk mengurangi ketergantungan pada dolar,” kata Mashatile. 

Kendati demikian, dia menekankan, BRICS tidak memiliki niat untuk bersaing dengan Barat. “Kami menginginkan ruang kami dalam bisnis global,” ujar Mashatile.

Pada Juni lalu, BNP Paribas sempat menyampaikan dalam catatannya bahwa kondisi sudah siap untuk mengurangi dominasi dolar dalam perdagangan global, bahkan jika prosesnya berlangsung lambat dan bertahap. Pekan lalu Duta Besar Afrika Seatan untuk BRICS Anil Sooklal menyampaikan, penggunaan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan di antara negara anggota akan menjadi salah satu isu yang dibahas dalam KTT BRICS. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement