Rabu 23 Aug 2023 10:55 WIB

Artificial Intelligence of Things

Banyak penelitian yang bisa terus dikembangkan seiring kemajuan AIoT.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh: Prof Ema Utami*

 

REPUBLIKA.CO.ID, Selain berita politik yang kian menghangat, kabar lain yang menghiasi berbagai kanal berita dalam beberapa hari ini adalah mengenai polusi udara di Jakarta. Sebuah perusahaan asal Swiss, IQAir yang memiliki produk berkaitan dengan kualitas udara merilis secara waktu nyata indeks-indeks kualitas udara kota-kota besar di dunia.

Berdasarkan situs perusahaan tersebut, kota Jakarta beberapa kali di bulan Agustus ini menjadi kota paling berpolusi di dunia. Berbagai jenis polutan bisa terdapat di udara, salah satu yang sering disebut menjadi polutan utama di kota-kota besar adalah Particulate Matter (PM2.5).

PM2.5 sendiri merupakan partikel udara berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer) yang dapat terbentuk dari banyak jenis bahan kimia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak 2020 juga melakukan pemantauan terhadap polutan PM2.5 di udara pada beberapa kota di Indonesia secara waktu nyata.

Informasi polutan PM2.5 dari situs BMKG di Sleman saat artikel ini ditulis pada 23 Agustus 2023 pagi menunjukkan tingkat polusi sedang. Kategori sedang pada kota Sleman pada waktu yang sama juga disampaikan oleh situs IQAir. Selain BMKG, sebuah perusahaan yang serupa dengan IQAir dengan berkonsentrasi pada permasalahan pencemaran udara juga telah ada di Indonesia.

Tingginya polusi udara khususnya di Jakarta pada akhir-akhir ini direspon dengan beberapa rencana tindakan oleh pemerintah. Salah satu yang dilakukan adalah uji coba work from home terhadap 50 persen Aparatur Sipil Negara (ASN) DKI Jakarta mulai Senin 21 Agustus 2023 yang lalu.

Munculnya kebijakan, pemberitaan, dan percakapan di media sosial mengenai polusi udara pada akhir-akhir ini di sisi lain menunjukkan banyaknya perhatian pada permasalahan polusi yang terjadi di negeri ini. Hal ini tentu perlu terus didukung oleh banyak pihak dalam bagaimana mencari solusi pada permasalahan polusi di Indonesia, termasuk di dalamnya insan akademik.

Perguruan Tinggi khususnya yang memiliki program studi yang berkaitan dengan berbagai jenis polusi tentu dapat memiliki peran yang besar dalam pencarian solusi. Bidang Informatika walaupun tidak secara langsung berkaitan, juga dapat memiliki peran penting dalam mengatasi pencemaran lingkungan ini.

Pengambilan data yang didapatkan dari berbagai sensor berbasis Internet of Things (IoT) dipastikan melibatkan bidang Informatika. Demikian juga pengolahan data dan penyampaian menjadi informasi dapat melibatkan beberapa disiplin ilmu, termasuk Informatika di dalamnya.

Semakin banyaknya perangkat berbasis IoT yang menghasilkan data sesuai fungsinya maka semakin memperluas penelitian bidang Informatika. Sebagai contoh berbagai data yang diakuisisi dari perangkat berbasis IoT seperti sensor udara kemudian dapat dijadikan indikator yang memperlihatkan tingkat pencemaran udara.

Tentu banyak hal lain yang dapat dilakukan oleh bidang Informatika khususnya dengan adanya kemajuan perangkat berbasis IoT. Berbagai alat berbasis perpaduan Artificial Intelligence (AI) dan IoT menjadi Artificial Intelligence of Things (AIoT) diramalkan ke depan akan semakin banyak bermunculan.

AIoT ini tentu menjadi kesempatan dan tantangan tersendiri khususnya bidang Informatika. Program Studi S2 Teknik Informatika Universitas Amikom Yogyakarta yang memiliki perhatian dalam bidang AI tentu terus memberikan dorongan dan dukungan pengembangan AIoT ini khususnya yang memiliki tujuan pada pembangunan berkelanjutan.

Pemberitaan mengenai polusi udara akhir-akhir ini menunjukkan bahwa terdapat banyak data yang dapat diakuisisi di sekitar kita untuk diolah  menjadi suatu pengetahuan. Tentu masih banyak penelitian yang bisa terus dikembangkan seiring dengan kemajuan AIoT, khususnya yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia.

Hal tersebut semakin mengingatkan kita kepada Surat Yunus ayat 101, “Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman.”  Wallahu a’lam.

*Wakil Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Amikom Yogyakarta

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement