Jumat 25 Aug 2023 10:21 WIB

Peningkatan Inflasi Diperkirakan Tidak Tinggi Lagi

Momentum dimana inflasi tinggi sudah berlalu.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
 Orang-orang berbelanja sayuran di pasar tradisional di Bogor, Rabu (3/5/2023). Pengamat menilai laju inflasi akan berperan dan masih akan melanda untuk ke depannya.
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Orang-orang berbelanja sayuran di pasar tradisional di Bogor, Rabu (3/5/2023). Pengamat menilai laju inflasi akan berperan dan masih akan melanda untuk ke depannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan laju inflasi akan berperan dan masih akan melanda untuk ke depannya. Meskipun begitu, Yusuf memperkirakan inflasi selanjutnya tidak akan lebih tinggi lagi dari sebelumnya. 

“Momentum kuartal kedua dimana inflasi yang tinggi itu sudah lewat,” kata Yusuf kepada Republika.co.id, Jumat (25/8/2023).  

Baca Juga

Untuk itu, Yusuf menilai jika ada kenaikan inflasi pada paruh kedua tahun ini tidak akan setinggi sebelumnya. Dia menuturkan, peningkatan inflasi tidak akan setinggi jika dibandingkan kuartal II 2023. 

Dia menambahkan, saat ini kebijakan naik atau tetapnya suku bunga acuan Bank Indonesia juga bisa dipengaruhi dari dalam negeri maupun luar negeri. Untuk di dalam negeri, Yusuf menyebut inflasi merupakan salah satu rujukan BI dalam memutuskan suku bunga acuan dan untuk luar negeri juga mempertimbangkan keputusan Bank Sentral AS. 

Bank Indonesia (BI) memastikan tekanan inflasi terus menurun. Bahkan, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan inflasi semakin terkendali dalam sasaran tiga plus minus satu persen. 

"Inflasi IHK Juli 2023 tercatat rendah yaitu 3,08 persen secara tahunan yang menurun dari inflasi Juni 2023 sebesar 3,52 persen," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Agustus 2023, Kamis (24/8/2023). 

Dia menjelaskan, penurunan inflasi terjadi di seluruh kelompok. Inflasi inti turun menjadi 2,43 persen secara tahunan dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,58 persen. 

Perry menegaskan, hal tersebut sejalan dengan permintaan yang terkelola. Begitu juga dengan ekspektasi inflasi yang terjaga serta imported inflation yang rendah. 

BI juga mencatat inflasi kelompok administered prices juga terus menurun menjadi 8,42 persen secara tahunan dari perkembangan bulan sebelumnya sebesar 9,21 persen."BI meyakini setelah bulan ini, setelah efek mendasar dari administered prices hilang maka inflasi administered prices akan rendah," ungkap Perry. 

Perry memastikan, rendahnya inflasi sebagai hasil nyata dari konsistensi kebijakan moneter. Selain itu juga eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah pusat dan daerah dalam TPIP dan TPID.

"Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran tiga plus minus satu persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5 plus minus satu persen pada 2024," jelas Perry.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement