REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) Menggelar Sekolah Wartawan dengan topik 'Penanggulangan Kekeringan dengan Memanen Air Hujan', Rabu (30/8/2023). Admin Gerakan Memanen Hujan Indonesia (GMHI), yang juga Dekan Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono, mengatakan memanen air hujan menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam menghadapi musim kemarau.
"Metode memanen air hujan jadi tren ke depan. The future water resource," kata Agus di Gedung Pusat UGM, Rabu (30/8/2023).
Agus masyarakat bisa memanen dengan menampung air hujan ke dalam sebuah tangki. Jika air di dalam tangki penuh, maka air bisa disimpan di sumur resapan.
"Itu kan tidak dilakukan oleh kita-kita. Kalau itu dilakukan kita tidak pernah mengalami musim kemarau karena air sumurnya masih ada," ucapnya.
Agus mengatakan bukan hanya secara kuantitas, manfaat air hujan juga meningkatkan kualitas air. Sebab menurutnya air hujan memiliki kandungan sifat kimia yang lebih baik dari air PDAM lantaran memiliki tingkat keasaman (Ph) nya hingga 7,4 sehingga layak untuk dikonsumsi.
"Air hujan jauh lebih baik dari air standar," ungkapnya.
Ia mengajak masyarakat untuk bisa menyimpan air hujan saat musim hujan. Upaya tersebut telah dilakukan di sejunlah negara seperti Australia.
"Tiap rumah 68 persen pakai tangki pemanen air hujan di negara bagian di Queensland, di perkotaan 48, kita 0,0008, belum," kata dia.