Kamis 31 Aug 2023 14:58 WIB

Guru di India Sebut Ka'bah Dikutuk

Polisi telah menangani kasus hinaan ke Muslim yang dilakukan guru India.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
 Guru di India Sebut Ka'bah Dikutuk. Foto:  Ilustrasi Islamofobia
Foto: Foto : MgRol_94
Guru di India Sebut Ka'bah Dikutuk. Foto: Ilustrasi Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID,DELHI -- Kericuhan seorang guru India yang meminta siswa Hindu menampar seorang Siswa Muslim di India belum selesai. Kini, satu lagi guru di negara tersebut sedang diinvestigasi usai beri komentar yang bernada Islamofobia.

Seorang guru, di sebuah sekolah negeri di Delhi, diduga mengatakan kepada siswa Muslim bahwa lokasi Ka’bah dikutuk. Ia juga menyebut Muslim di negara itu bukanlah orang India yang sesungguhnya.

Baca Juga

Dilansir di 5 Pillars, Kamis (31/8/2023), guru Hindu yang tertuduh ini telah diidentifikasi sebagai Hema Gulati. Ia bekerja di Sarvodaya Bal Vidyalaya di wilayah Gandhi Nagar, Delhi.

Berdasarkan laporan yang diterima kepolisian, ia diduga terlibat dalam perilaku ofensif pada 23 Agustus lalu. Tuduhan tersebut menyebut, dia melontarkan hinaan komunal dan komentar ofensif kepada siswa Muslim, dengan menggunakan keyakinan dan praktik agama mereka.

Adapun kontroversi ini muncul setelah sebelumnya India dihebohkan dengan kontroversi “slap gate”, yang terjadi baru-baru ini di Muzaffarnagar, Uttar Pradesh.

Menanggapi keluhan dari orang tua, Kepolisian Delhi telah memulai proses hukum terhadap Gulati, atas dugaan pernyataannya yang menghasut.

Pihak berwenang disebut telah mendaftarkan kasus terhadapnya berdasarkan beberapa pasal KUHP India. Di antaranya adalah dugaan mendorong permusuhan antara kelompok agama yang berbeda, menghina keyakinan agama, serta niat untuk melukai perasaan beragama.

Salah satu siswa, Ishraq, mengatakan sang guru menyatakan bahwa umat Islam bukan berasal dari India.  Gousiya, saudara dari seorang siswa, juga mengatakan pernyataan tersebut dibuat oleh gurunya setelah pendaratan di bulan Chandrayan-3 baru-baru ini.

“Menurut dia (Gulati), umat Islam tidak berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan India. Dia juga yakin umat Islam tidak disiplin, sering mengandalkan pedang untuk memenangkan perang," kata Gousiya.

Bukan hanya itu, kabarnya sang guru juga menggunakan bahasa yang tidak sopan saat menyebut Ka'bah. Seorang siswa lainnya, Zubair Ansari, mengatakan guru tersebut menyatakan karena kegelapan Ka’bah menjadi hitam, serta ia yakin lokasi tersebut terkutuk.

Atas dugaan pernyataan tersebut, kemarahan luas di kalangan orang tua dan masyarakat pun muncul ke permukaan. Orang tua yang marah telah mengajukan keluhan terhadap Gulati.

Mereka menyoroti perilaku kasarnya yang dilakukan di dalam kelas. Insiden tersebut juga berujung pada protes siswa dan keluarga mereka di luar lingkungan sekolah.

Seorang ibu dari yang dua anaknya yang bersekolah di sekolah tersebut, Kausar, menuntut guru tersebut segera dipecat. Ia juga menyerukan agar sosok tersebut dilarang mengajar di tempat lain.

"Komentar yang ia keluarkan berpotensi memecah belah. Ia tidak hanya melukai perasaan siswa, tetapi juga menyebarkan perselisihan di antara mereka," ujar dia.

Mantan anggota dewan Hasibul Hasan mengatakan, tindakan guru tersebut dimaksudkan untuk menabur benih kebencian di benak generasi muda yang mudah dipengaruhi. Perilaku seperti itu, menurutnya, dapat berdampak buruk pada masa depan anak-anak.

Di sisi lain, Komite Asosiasi Kesejahteraan Warga (RWA) setempat telah bergabung dengan suara-suara yang menuntut tindakan tegas terhadap guru tersebut. Namun, hingga berita ini dibuat sang guru belum memberikan komentar mengenai masalah tersebut.

Sejak Partai Bharatiya Janata (BJP) berkuasa di India, terdapat kekhawatiran yang semakin besar di komunitas Muslim mengenai bangkitnya Islamofobia di negara tersebut.

BJP adalah partai nasionalis Hindu yang berupaya mempromosikan nilai-nilai budaya dan agama Hindu. Mereka sering kali mengarah pada retorika yang menghasut dan kebijakan yang memecah belah, yang berkontribusi pada lingkungan dan menumbuhkan sentimen anti-Muslim.

Media sosial juga berperan besar dalam melanggengkan narasi Islamofobia. Berita palsu, ujaran kebencian dan informasi yang salah yang menargetkan umat Islam telah menyebar di berbagai platform.

Kondisi tersebut dipercaya semakin memperburuk ketegangan yang ada, serta berkontribusi terhadap lingkungan daring yang tidak bersahabat.  

Sumber:

https://5pillarsuk.com/2023/08/30/another-indian-teacher-investigated-over-comments-targeting-muslim-students/

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement