REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pendiri Mazhab Teologi Asy’ariyah, Imam Asya’ari mengungkapkan bahwa panyak dari kalangan Mu'tazilah dan Qadariyah yang menyimpang dari kebenaran alias sesat. Menurut dia, mereka terseret hawa nafsu untuk bertaklid kepada para pemimpin dan pendahulu.
Dalam buku “Kitab Al-Ibanah: Rujukan Orisinal Akidah Asy’ariyah” terbitan Turos Pustaka, Imam Asy’ari menjelaskan bahwa mereka menafsirkan (takwil) Alquran berdasarkan pendapat semata dengan penafsiran yang tidak Allah ajarkan. Cara penafsiran mereka tidak mempunyai dasar hukum yang jelas dalam Alquran ataupun Sunnah.
Menurut Imam Asy’ari, cara mereka menafsirkan tersebut tidak berdasar pada hadis Nabi SAW, tidak pula berdasarkan pada pendapat ulama terdahulu. Mereka menentang pandangan para sahabat yang jelas bersumber dari Nabi Muhammad SAW perihal melihat Allah (di akhirat) dengan mata kepala. Padahal, riwayat mengenai itu sangat banyak jumlahnya dengan berbagai jalur periwayatan mutawatir.
Selain itu, menurut Imam Asy’ari, aliran ini juga mengingkari konsep syafaat dari Rasulullah SAW bagi para pelaku dosa. Mereka menolak semua sumber yang membenarkan adanya syafaat dari para ulama terdahulu. Mereka juga mengingkari keberadaan siksa kubur, begitu pula mereka mengingkari bahwa orang-orang kafir kelak akan mendapatkan siksa di alam kubur mereka. Padahal, para sahabat dan tabiin telah bersepakat terhadap kebenaran adanya siksa kubur.
Sedangkan terkait Alquran, menurut Imam Asy’ari, mereka berpendapat bahwa Alquran adalah makhluk. Pernyataan itu, menurut Imam Asy’ari, serupa dengan pernyataan orang-orang musyrik yang berpendapat bahwa Alquran adalah perkataan manusia.
“Mereka berpendapat bahwa isi Alquran itu seperti ucapan manusia biasa, bukan perkataan Tuhan,” jelas Imam Asy’ari.
Seperti halnya yang tertuang dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
اِنۡ هٰذَاۤ اِلَّا قَوۡلُ الۡبَشَرِؕ
In haazaaa illaa qawlul bashar
Artinya: “Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” (QS Al Muddassir [74]: 25).