Ahad 03 Sep 2023 08:25 WIB

Pakar Peringatkan Kemungkinan Inflasi karena Gula Pasir

Diversifikasi pasokan dinilai sebagai salah satu cara untuk merespon kebijakan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) melihat proses penanaman tebu saat kunjungan kerja di Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jumat (29/7/2022). Dalam kunjungan kerja tersebut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berkesempatan untuk meninjau proses olah tanah, penanaman serta panen tebu sebagai upaya terciptanya program Indonesia Swasembada Gula Konsumsi di tahun 2024. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kiri) melihat proses penanaman tebu saat kunjungan kerja di Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jumat (29/7/2022). Dalam kunjungan kerja tersebut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berkesempatan untuk meninjau proses olah tanah, penanaman serta panen tebu sebagai upaya terciptanya program Indonesia Swasembada Gula Konsumsi di tahun 2024. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- India yang menghentikan ekspor gula mereka ke seluruh dunia dinilai sebagai hal yang wajar oleh dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Oki Wijaya. Berdasarkan pendekatan perdagangan internasional, pembatasan hingga penghentian ekspor dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

"Ini dapat dipicu oleh berkurangnya pasokan atau hasil panen di negara asal, stabilisasi harga, maupun kebijakan politik perdagangan internasional dari negara asal,” ujar Oki dalam rilis yang diterima Republika, Ahad (3/9/2023).

Sebagai salah satu negara yang masih mengandalkan impor gula dari India, Indonesia berpotensi mengalami inflasi yang akan memengaruhi daya beli masyarakat. Lebih jauh, Oki memandang bahwa inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga gula dapat terjadi di seluruh dunia.

"Kebijakan India yang tidak lagi mengeskpor gula menjadikan pasokan gula di seluruh dunia berkurang, yang dikenal dengan istilah excess demand. Pasokan gula yang tidak dapat memenuhi permintaan pasar akan menyebabkan harga gula naik di atas harga ekuilibrium,” jelasnya.