REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca panas ekstrem yang terjadi tidak satu dua kali terjadi di Saudi. Begitu juga yang dialami jamaah yang beberapa kali menjalani ibadah umroh.
Arina Hidayah, Dosen BP3IP Sunter Podomoro mengatakan akan berangkat umroh, Jumat (22/9/2023). Ini merupakan kali ketiha Arina memenuhi panggilan Allah SWT.
Pertama kali Arina berangkat umroh tahun 2014 kemudian berhaji di tahun 2019. Tahun ini dia berencana umrah plus Turki selama 12 hari.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya menurut Arina, untuk menjalankan ibadah umroh butuh persiapan fisik dan mental yang cukup.
"Hanya saja memang umroh pertama dan saat ini berbeda, dahulu saya membawa anak yang masih balita sehingga banyak perlengkapan anak termasuk susu dan makanan kesukaan anak saya,"ujar dia kepada Republika, Senin (4/9/2023).
Arina yang berdomisili di Tangerang pun menjelaskan untuk persiapan umroh menghadapi cuaca ekstrem biasanya dia selalu membawa botol minum dengan tutup yang berbentuk spray. Sehingga selain minum juga bisa disemprotkan ke wajah dan kepala.
Selain itu di Masjidil Haram terdapat air zam-zam yang cukup dan bebas dikonsumsi. Kurma juga banyak tersedia baik kurma mentah atau sudah matang.
Sedangkan perbekalan untuk menjaga kesehatan, Arina hanya membawa madu saja. Baik dia, suami dan anaknya selalu rutin mengkonsumsi madu.
Terkait makanan, memang tidak ada hal yang khusus. Nasi briyani masih cocok untuk lidahnya, jika bosan dia akan membeli nasi dengan lauk khas Indonesia di sekitar hotel.
Hanya saja memang harganya lebih mahal dibanding makanan khas Saudi dan tidak terlalu enak.
"Bagi wanita produktif, paling penting yang harus dibawa adalah obat penunda haid. Karena saya berharap dapat fokus ibadah selama di Saudi,"ujar dia.
Untuk persiapan umroh biasanya Arina akan mendapat penjelasan saat manasik umroh. Biasanya setiap travel akan merencanakan tiga kali manasik umroh.
"Saya menggunakan jasa travel karena memudahkan ketika melaksanakan ibadah, semua akomodasi dan konsumsi sudah tersedia,"ujar dia.