REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) dalam gelaran ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) menjelaskan rencana pengembangan panas bumi di Indonesia. Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Julfi Hadi menjelaskan saat ini Pertamina memiliki kapasitas terpasang pembangkit panas bumi sebesar 670 Megawatt (MW).
"Hingga dua tahun mendatang kami akan meningkatkan kapasitas hingga 1 GW," ujar Julfi saat Presiden RI Joko Widodo dan Delegasi ASEAN mengunjungi booth Pertamina, Selasa (5/9/2023).
Pertamina berencana untuk melakukan pengembangan PLTP Lumut Balai Geothermal Power Plant Unit 2 sebesar 220 MW di Sumatera Selatan. Proyek pengembangan ini merupakan kerja sama antara Jepang, China dan Indonesia. Selain sebagai bukti bahwa Indonesia memiliki iklim investasi yang baik, kerja sama ini juga sebagai upaya bersama untuk menurunkan emisi karbon.
"Jadi tujuan dari proyek ini adalah untuk memastikan kita melakukan mitigasi perubahan iklim. Juga untuk mengejar target bauran energi 23 persen pada 2030 mendatang," ujar Julfi.
Lebih lanjut Julfi menjelaskan bahwa PGE yang telah memiliki pengalaman panjang dalam mengembangkan energi panas bumi di Indonesia saat ini telah memiliki kapasitas terpasang sebesar 670 MW dan tengah memasang target untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1 GW.
“Proyek ini merupakan bagian dari proyek strategis nasional untuk mendukung target 1 GW yang akan dicapai dalam rentang waktu dua tahun,” jelas Julfi.
Selain itu, proyek ini salah satu inisiatif transisi energi yang bertujuan untuk mendukung target pemerintah mencapai target Net Zero Emission tahun 2060.