Selasa 05 Sep 2023 21:08 WIB

Di Depan Delegasi ASEAN, Pertamina Jelaskan Rencana Pengembangan Panas Bumi

Pertamina memiliki kapasitas terpasang pembangkit panas bumi sebesar 670 MW.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pembangkit PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).
Foto: PGEO
Pembangkit PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) dalam gelaran ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) menjelaskan rencana pengembangan panas bumi di Indonesia. Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Julfi Hadi menjelaskan saat ini Pertamina memiliki kapasitas terpasang pembangkit panas bumi sebesar 670 Megawatt (MW). 

"Hingga dua tahun mendatang kami akan meningkatkan kapasitas hingga 1 GW," ujar Julfi saat Presiden RI Joko Widodo dan Delegasi ASEAN mengunjungi booth Pertamina, Selasa (5/9/2023).

Baca Juga

Pertamina berencana untuk melakukan pengembangan PLTP Lumut Balai Geothermal Power Plant Unit 2 sebesar 220 MW di Sumatera Selatan. Proyek pengembangan ini merupakan kerja sama antara Jepang, China dan Indonesia. Selain sebagai bukti bahwa Indonesia memiliki iklim investasi yang baik, kerja sama ini juga sebagai upaya bersama untuk menurunkan emisi karbon.

"Jadi tujuan dari proyek ini adalah untuk memastikan kita melakukan mitigasi perubahan iklim. Juga untuk mengejar target bauran energi 23 persen pada 2030 mendatang," ujar Julfi.

Lebih lanjut Julfi menjelaskan bahwa PGE yang telah memiliki pengalaman panjang dalam mengembangkan energi panas bumi di Indonesia saat ini telah memiliki kapasitas terpasang sebesar 670 MW dan tengah memasang target untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1 GW.

“Proyek ini merupakan bagian dari proyek strategis nasional untuk mendukung target 1 GW yang akan dicapai dalam rentang waktu dua tahun,” jelas Julfi.

Selain itu, proyek ini salah satu inisiatif transisi energi yang bertujuan untuk mendukung target pemerintah mencapai target Net Zero Emission tahun 2060.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement