Rabu 06 Sep 2023 09:55 WIB

Jerman Perluas Jaringan Pengisian Daya Kendaraan Listrik

Jerman saat ini hanya memiliki 90 ribu titik pengisian daya umum.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Kanselir Jerman, Olaf Scholz. Jerman merencanakan upaya besar-besaran untuk memperluas jaringan stasiun pengisian kendaraan listrik (EV).
Foto: EPA-EFE/FILIP SINGER
Kanselir Jerman, Olaf Scholz. Jerman merencanakan upaya besar-besaran untuk memperluas jaringan stasiun pengisian kendaraan listrik (EV).

REPUBLIKA.CO.ID, MUNICH -- Jerman merencanakan upaya besar-besaran untuk memperluas jaringan stasiun pengisian kendaraan listrik (EV). Program ini akan dituangkan dalam Undang-Undang (UU) yang akan memberikan kewajiban operator membuat stasiun pengisian.

Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan di acara mobilitas IAA Munich pada Selasa (5/9/2023), dalam beberapa minggu mendatang Jerman akan menjadi negara pertama di Eropa yang memperkenalkan aturan itu. "Mewajibkan operator 80 persen dari semua stasiun layanan untuk menyediakan opsi pengisian cepat dengan setidaknya 150 kilowatt untuk mobil elektronik," ujarnya.

Menurut Scholz, perluasan ini akan menghilangkan kekhawatiran akan jangkauan bagi pengemudi kendaraan listrik. Namun pemerintah Jerman tidak memberikan kerangka waktu untuk inisiatif tersebut.

Negara dengan ekonomi terbesar di Eropa itu saat ini hanya memiliki 90 ribu titik pengisian daya umum. Namun pemerintah telah menargetkan memiliki sejuta titik pengisian daya pada 2030 sebagai upaya untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik seiring dengan target netralitas karbon pada 2045.

Berdasarkan data dari otoritas otomotif federal KBA, Jerman memiliki sekitar 1,2 juta kendaraan listrik di jalanan pada akhir April 2023. Jumlah ini masih jauh dari target 15 juta kendaraan pada 2030.

Masih banyak alasan utama yang membuat lambatnya penjualan kendaraan listrik di Jerman. Beberapa alasan itu seperti harga yang tinggi, jangkauan yang terbatas, dan kurangnya stasiun pengisian daya, terutama di daerah pedesaan.

Mengenai persaingan dari Cina dalam produksi kendaraan listrik, Scholz menilai persaingan seharusnya memacu Jerman, bukan membuat takut. "Pada 1980-an, dikatakan mobil-mobil Jepang akan menguasai pasar. 20 tahun kemudian, mobil-mobil tersebut adalah mobil 'buatan Korea' dan sekarang menjadi mobil listrik Cina," katanya mengecilkan ketakutan tersebut dan menyatakan bahwa daya saing produsen mobil Jerman adalah rendah.

Para pembuat mobil di negara-negara Barat mengkhawatirkan persaingan yang ketat dari para pesaingnya dari Cina. para pemasok mobil utama Jerman mengatakan, sangat ingin memperluas kemitraan yang sudah ada di Cina dan menyediakan suku cadang buatan Eropa kepada para pabrikan yang sedang naik daun tersebut.

Pembuat kendaraan listrik Cina termasuk BYD, Nio, Xpeng, dan Leapmotor semuanya menargetkan pasar Eropa.  Penjualan kendaraan listrik melonjak hampir 55 persen menjadi sekitar 820 ribu kendaraan dalam tujuh bulan pertama pada 2023 atau sekitar 13 persen dari seluruh penjualan mobil.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement