REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Istri Nabi Muhammad ﷺ, Ummu Salamah hidup kurang lebih selama 90 tahun. Ia wafat pada tahun 61 Hijriah. Disebutkan bahwa Ummu Salamah adalah istri Nabi terakhir yang meninggal dunia.
Seperti dikutip dari buku the Wonderful Ummahatul Mukminin oleh Erlan Iskandar, Ia meriwayatkan sekitar 378 hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antara muridnya adalah ulama tabi'in bernama Hasan Al Bashri.
Ummu Salamah adalah di antara shahabiyah yang paling dalam keilmuannya. Ia menjadi rujukan dalam masalah fikih seputar kemuslimahan.
Dalam kitab Siyar A'lam An Nubala, diceritakan oleh Muththalib bin Abdullah, bahwa Ummu Salamah menjadi pengantin di awal waktu Isya. Namun, sebelum shubuh ia sudah bangun untuk menumbuk gandum dan menyiapkan hidangan untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Terlihat sekali bagaimana semangat Ummu Salamah untuk membahagiakan suami dengan mengerjakan tugas rumah tangga sebaik-baiknya.
Selain itu, ia juga memiliki hati yang lembut dan penyayang. Hal ini ditandai dengan peristiwa di mana Ummu Salamah sangat merasa iba dan kasihan terhadap seorang lelaki yang bernama Abu Lubabah.
Abu Lubabah merasa telah mengkhianati Allah dan RasulNya, sehingga ia mengikatkan dirinya di salah satu tiang masjid Nabawi. Ia bertekad tidak minum dan makan hingga mati, sampai Allah menerima tobatnya.
Allah pun menurunkan wahyu tentang penerimaan taubat Abu Lubabah kepada Rasulullah yang saat itu sedang berada di rumah Ummu Salamah. Lantas, Ummu Salamah meminta izin kepada Nabi untuk bergegas bisa menyampaikan kabar gembira ini kepada Abu Lubabah, agar Abu Lubabah bisa segera melepas ikatannya dan makan.
Bersegeranya Ummu Salamah yang ingin menyampaikan kabar gembira diterimanya tobat Abu Lubabah, menunjukkan bahwa beliau adalah wanita yang hatinya lembut dan penyayang.
Di samping itu, pernah ada sekitar 1.300 kaum muslimin dari Madinah hendak berangkat ke Mekkah untuk berumrah. Tatkala sampai di Hudaibiyah, kaum muslimin dicegat kaum musyrikin. Disepakati perjanjian yang di antaranya adalah umrah saat itu tak bisa diselesaikan.
Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menandatangani perjanjian Hudaibiyah, beliau berkata kepada para sahabatnya, “Berdirilah dan semebelihlah hewan kurban kalian. Kemudian cukurlah kepala kalian.”
Namun, para tak sahabat tak ada yang berdiri. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengulang perintah itu sebanyak tiga kali, namun tak ada satupun yang berdiri.
Akhirnya, beliaupun pergi ke tendanya menemui Ummu Salamah. Beliau ceritakan keadaan para sahabatnya kepada istrinya tersebut. Ummu Salamah merespon curahan hati beliau dengan mengatakan,
“Wahai Nabi Allah, apakah engkau mau mereka melakukannya? Keluarlah tanpa berbicara sepatah katapun dengan mereka, setelah itu sembelihlah hewanmu. Lalu panggil tukang cukur hingga ia mencukur rambutmu.” (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun melaksanakan apa yang disarankan Ummu Salamah. Benar saja, para sahabatpun kemudian mengikuti apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ibnu hajar dalam kitab Al Ishabah menuturkan bahwa Ummu Salamah selain cantik, ia juga memiliki akal yang pintar. Hal ini terbukti saat ia memberikan pandangan dan saran kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saat peristiwa Hudaibiyah.