REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memaparkan analisis gempa magnitudo (M) 6,9 di Maroko pada Sabtu (9/9/2023) terekam pada pukul 05.10 WIB, merupakan yang terbesar sepanjang sejarah negara tersebut. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Sabtu, menyebut gempa tersebut merupakan merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di Zona Pegunungan Atlas, Maroko.
Episenter gempa ini terletak pada koordinat 31.01° lintang utara dan 8.46° bujur barat, tepatnya di darat dengan kedalaman hiposenter sangat dangkal, yakni pada 28 kilometer. "Gempa berkekuatan Mw6,9 ini merupakan gempa utama (mainshock) dan yang terbesar dalam catatan sejarah yang pernah terjadi di Maroko. Laporan terkini menunjukkan bahwa gempa tersebut menimbulkan kerusakan dengan korban jiwa meninggal," kata Daryono.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di Zona Pegunungan Atlas, Maroko. Dia mengatakan, morfologi jalur pegunungan ini berarah Barat Daya-Timur Laut, dari Agadir hingga Aït Ahmadou Haddou, Maroko.
Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa gempa yang terjadi memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault), yang mencerminkan adanya gaya tekan (compressional) yang terjadi pada zona tektonik sumber gempa tersebut. "Gempa ini terjadi di wilayah jalur sumber gempa sesar aktif yang sudah terpetakan, namun demikian zona ini dikenal dengan riwayat kegempaan yang relatif rendah," ujar Daryono.
Gempa tersebut berdampak sangat merusak mencapai skala intensitas VII- IX MMI hingga menimbulkan kerusakan dan korban jiwa meninggal di Kota Tua Marrakesh yang merupakan kota terbesar keempat di Maroko yang merupakan salah satu pusat populasi paling besar. Marrakesh mengalami kerusakan paling parah karena dekat sumber gempa ditambah dengan keberadaan bangunan-bangunan tua yang rentan runtuh akibat guncangan gempa karena kondisi strukturnya yang sudah lemah.
Kota-kota besar terdampak guncangan gempa cukup kuat di sekitar Marrakesh adalah Ouarzazate, Essaouira, Safi, Agadir, Casablanca dan Errachidia. Tidak hanya di Maroko, gempa kerak dangkal ini guncangannya dirasakan di wilayah sangat luas, termasuk negara tetangga, seperti Portugal, Spanyol dan Aljazair.
Gempa Marrakesh dengan magnitudo Mw 6,9 yang menelan korban jiwa ini, mengingatkan kita pada peristiwa gempa dahsyat yang mengguncang Agadir, Maroko dengan magnitudo Mw5,8 pada 29 Februari 1960. Meskipun magnitudo gempanya relatif kecil, gempa merusak Agadir menewaskan lebih dari 10 ribu orang, dan menjadi gempa paling mematikan dalam sejarah Maroko.
"Gempa Marrakesh M 6,9 yang terjadi saat ini berdasarkan magnitudonya sebanding dengan gempa merusak bersejarah yang menghancurkan kota Meknes dengan magnitudo Mw6,5-7,0 yang terjadi pada 27 November 1755," ujar Daryono.
Gempa ini menewaskan ribuan orang, karena melanda wilayah pegunungan dengan banyak sebaran permukiman pedesaan dan kota-kota kecil yang memiliki banyak bangunan rentan dengan struktur lemah. Selain itu, gempa kuat ini terjadi pada malam hari pukul 23.00 waktu setempat, saat seluruh warga sedang tinggal di rumah.
Hingga pukul 16.25 WIB sore ini, hasil monitoring menunjukkan telah terjadi beberapa kali aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan satu kali gempa susulan signifikan dengan magnitudo M4,9 pada pukul 05.30WIB yang dirasakan dalam skala intensitas VI MMI.