REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Manusia dalam hidupnya seolah-olah selalu membutuhkan sesuatu atau yang lainnya setiap hari. Terkadang, ada perasaan butuh untuk dicintai, untuk dihibur, atau di lain waktu perlu untuk tidur.
Bahkan ketika tidak ingin melakukan apa pun, hal ini pun muncul karena kita merasa “perlu” untuk tidak menginginkan apa pun. Hidup seolah membawa kebutuhan yang terus-menerus.
Dalam serangkaian perasaan dan kebutuhan yang muncul itu, banyak yang lupa bahwa setiap saat dalam hidup seorang Muslim, kita sungguh membutuhkan Allah SWT.
Raiiq Ridwan, dalam artikelnya di About Islam, menyebut manusia cenderung melupakan hal itu ketika kita merasa terlalu mandiri. Di saat-saat santai, manusia cenderung melupakan kebutuhan akan Tuhan.
Karena alasan itulah, banyak ulama dahulu dan sekarang yang mengatakan bahwa ujian kemudahan yang dihadapi manusia itu sesungguhnya adalah ujian yang jauh lebih sulit, dibandingkan ujian kesulitan.
Imam dan ahli fiqih Ibnu Qudamah al-Maqdisi pernah berkata, "Ketahuilah bahwa seseorang yang terapung di atas sebatang kayu di lautan tidak lebih membutuhkan Tuhan dan kebaikan-Nya, dibandingkan seseorang yang berada di rumahnya, di tengah keluarga dan hartanya. Ketika makna ini sudah tertanam dalam hati Anda, maka andalkanlah Tuhan seperti orang tenggelam yang tidak mengetahui cara lain untuk mencapai keselamatan selain Tuhan."
Ridwan menyebut setiap manusia membutuhkan Tuhan di saat bangun dan bersiap menghadapi setiap hari baru. Namun, perlu diingat jika tidak semua orang bangun keesokan harinya dari tidur malamnya.
"Kita membutuhkan Dia saat kita bepergian untuk bekerja, belajar, berbelanja dan pertemuan sosial apa pun. Begitu banyak orang meninggal di jalan setiap hari," ujar dia.
Umat Muslim membutuhkan Allah SWT untuk melindungi orang-orang yang dikasihi, memberikan mereka kesehatan, bimbingan, dan pengampunan, serta tidak pernah membiarkan mereka berkeliaran dalam kegelapan dunia ini.
Perlu diingat, banyak anggota keluarga para Nabi dan Rasul yang meninggal karena kekafiran. Saat ini, banyak sekali masyarakat, baik tua maupun muda, yang dalam kondisi sakit dan kritis.
Rasulullah SAW pernah bersabda, "Ingatlah Allah disaat senang, niscaya Dia akan mengingatmu disaat susah." (At-Tirmidzi)
Setiap umat Islam terhubung dengan Allah SWT melalui doa, pujian dan cinta yang tiada henti. Kekuatan mengingat-Nya terletak pada doa dan dzikir yang dipanjatkan setiap saat.
Dalam QS Ar-Rad ayat 13 disebutkan, "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Kebutuhan seorang manusia bisa terlihat ketika menghabiskan setiap waktu untuk mengingat Dia. Seorang hamba mengingat Tuhannya tidak peduli apa yang dilakukan, baik itu saat sedang berkumpul dan bersenang-senang, maupun saat beribadah dan berdoa.
Dengan mengingat Allah SWT, seorang Muslim akan menahan diri untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Ketika berada di luar dan seseorang menyakiti hati, maka kita tidak membalasnya karena ingat bahwa Allah SWT mengasihi orang-orang yang berbuat baik.
Mengingat Tuhan dan berdoa kepada-Nya mengubah hati yang sakit menjadi tenang. Hal ini juga memainkan peran besar dalam menulis ulang takdir. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa satu-satunya hal yang dapat mengubah ketetapan Tuhan adalah doa.
Dengan dzikir, hal ini akan memberikan perlindungan, bimbingan, bahkan mengubah pandangan terhadap kehidupan. Dzikir akan memberi kekuatan untuk bergerak maju melampaui ujian yang menyakitkan.
Dalam hati seorang umat akan muncul keyakinan bahwa Allah SWT selalu ada saat kita mengucapkan subhan Allah, Alhamdulillah, la ilaha illa Allah, dan Allahu akbar. Ini adalah pengingat bahwa hidup hanyalah perjalanan menuju rumah yang lebih baik.
"Hidup ini adalah tentang pengabdian kita untuk terus-menerus mengingat Allah, bersyukur kepada-Nya dan mencari kesabaran, untuk kita dan orang-orang di sekitar kita. Pendampingnya yang terpercaya adalah doa, memohon pertolongan-Nya di saat suka dan duka," kata Ridwan.
Imam Ibnu al-Qayyim berkata bahwa dzikir terkadang dilakukan dengan hati dan lidah, itulah dzikir yang paling baik, terkadang hanya dengan hati, yang menempati urutan kedua, dan terkadang hanya dengan lidah, yang menduduki peringkat ketiga.
Meskipun dzikir dengan lidah saja tidak membuahkan hasil berupa mengenal Tuhan, cinta Ilahi dan keintiman seperti halnya dzikir yang dipadukan dengan lidah dan hati, namun tetap ada manfaatnya. Bagi kebanyakan orang, berdzikir dimulai dengan lidah saja.
Sumber:
https://aboutislam.net/spirituality/2-keys-for-loving-god-remembrance-and-dua/