Senin 11 Sep 2023 14:34 WIB

Ketua Umum PP Muhammadiyah Ingatkan Bahaya Ancaman Sampah 

Haedar berharap agar penanganan sampah tidak untuk pencitraan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengaku prihatin dengan penumpukan sampah yang terjadi di sejumlah daerah. Haedar menegaskan bahwa ancaman sampah dapat merusak ekosistem. 

"Sungai besar maupun kecil tidak indah lagi, lebih-lebih pada musim kemarau. Sungai berubah dari aliran air ke aliran sampah. Sungai identik dengan tempat pembuangan sampah. Sangat memprihatinkan dan mengerikan," kata Haedar dalam keterangannya, Senin (11/9/2023).

Baca Juga

Haedar menjelaskan bahwa beberapa hari terakhir sejumlah kota dilanda inflasi dan banjir sampah. Sejumlah tempat pembuangan sampah (TPS) juga ditemukan bermasalah di mana-mana. 

"Tapi sebagus tempat pembuangan sampah, manakala penduduknya jorok dan sembarangan membuang sampah, urusan akan tetap bermasalah," ujarnya.

Haedar berharap agar capres, cawapres, calon kepala daerah maupun calon anggota legislatif dari pusat sampai daerah memiliki perhatian serius pada masalah sampah dan keselamatan lingkungan. Ia juga berharap agar penanganan sampah tidak untuk pencitraan, melainkan untuk dipikirkan serius dan menjadi bahan kebijakan nasional yang menyeluruh. Menurut Haedar, lingkungan hidup dan ekosistem dari berbagai aspek sudah rusak dan menjadi ancaman besar bagi masa depan negeri ini.

"Dimulai dari setiap diri seluruh warga dan elite bangsa. Mulailah dari hal sehari-hari di setiap rumah. Bagaimana mengelola sampah dengan baik dan tidak membuang

sampah semaunya. Lebih jauh dikembangkan sistem pengelolaan sampah yang terbaik dan menyeluruh di seluruh sudut negeri. Perpaduan sikap hidup manusia dan sistem akan menyelamatkan kehidupan bersama," ujar Haedar.

Haedar mengingatkan seluruh pihak untuk tidak merusak alam. Bumi dengan seluruh lingkungan dan ekosistemnya adalah satu-satunya tempat untuk hidup. 

"Jangan sampai peringatan David Wallace-Wells, seorang jurnalis Amerika Serikat, tentang 'The Uninhabitable Earth' terjadi di kehidupan nyata. Bumi yang tidak lagi dapat dihuni," kata Haedar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement