REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, mengungkapkan tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan uji geolistrik di lokasi laporan pencemaran air yang bercampur minyak di Kelurahan Tempurejo, Kota Kediri.
"Tim dari ITS yang bekerja sama dengan pemkot datang ke Kediri. Mereka datang mulai mengadakan uji geolistrik. Kalau sebelumnya sampling sudah ketemu, sekarang geolistrik untuk mencari potensi pencemaran yang terjadi," kata Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar di Kediri.
Ia menambahkan tim melakukan pemasangan empat kabel, yakni di belakang rumah warga, depan rumah warga yang airnya tercemar, kemudian depan SPBU serta bagian utara SPBU yang airnya tidak tercemar.
"Ini untuk pembanding. Nanti kami lihat tim dari ITS. Saat ini masih mendalami supaya bisa diketahui potensi pencemaran di sana, sumbernya dari mana akan ketemu," kata dia.
Ia menambahkan setelah sumber bisa diketahui, kemudian dilakukan perbaikan hingga recovery lingkungan. Program recovery dilakukan dengan berbagai cara. Tim dari ITS juga masih melakukan beberapa uji sesuai dengan keilmuan mereka.
"Ini kan masalah lingkungan, kami berikan yang terbaik untuk masyarakat di sana," kata wali kota.
Sementara itu, Lurah Tempurejo, Kecamatan Pesantren Oryza Mahendrajaya mengatakan, terdapat 14 rumah warga yang sumber air di rumahnya tercemar minyak.
Untuk saat ini, pihaknya ikut mendampingi tim ITS yang masih melakukan pemeriksaan di lokasi terdampak, baik di sekitar rumah warga maupun di sekitar lokasi SPBU.
"Tim ITS dua kali datang, pertama saat mengambil sampel air dan yang kedua ingin memastikan daerah terdampak," ujarnya.
Sulastri (58), salah seorang warga yang air di sumurnya terdampak mengatakan untuk kebutuhan sehari-hari mengandalkan kiriman air bersih dari pemkot. Namun, ia tetap membeli air minimal satu galon setiap hari untuk keperluan masak dan minum.
"Setiap hari setidaknya satu galon beli, Rp 5.000. Air di sumur bau, sangat menyengat hidung," kata dia.
Diakui, selama 30 tahun tinggal di daerah ini baru pertama kali ada kejadian seperti ini. Sumur di rumahnya sudah mulai tercium bau tidak enak lebih dari satu bulan lalu, namun yang paling parah terjadi pada Jumat (8/9), yang ternyata bercampur minyak.
Ia tidak berani memasak di dalam rumah dan memilih jauh di belakang rumah hingga lima meter, sebab air di rumahnya sudah tercemar dan cemarannya tersebut ternyata bisa terbakar jika disulut api.
"Setiap kali saya memasak di luar rumah, pintu saya tutup. Tidak berani lagi di dalam rumah. Jika sudah selesai masak, baru pintu dapur saya buka kembali. Kalau tidak, rumah bau," ungkapnya.
Selain rumah Sulastri, hal yang sama terjadi di rumah Sugiyono, yang berada di samping rumah Sulastri. Saat ini, sumur di rumah Sugiyono juga sudah mulai berubah menjadi warna cokelat bagian atasnya, namun belum parah seperti di rumah Sulastri.