REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengujian kualitas air di Kota Yogyakarta tidak hanya dilakukan terhadap air sumur yang ada di rumah warga maupun sungai. Namun, air sumur yang ada di sekolah-sekolah hingga puskesmas dan OPD di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta juga dilakukan pengecekan.
"Tanpa diminta warga pun, (kegiatan pengujian) ini merupakan kegiatan rutin yang kami lakukan untuk melihat baku mutu air," kata Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sutomo.
Dari pengujian yang sudah berjalan, ditemukan bahwa hampir seluruh air sumur dan juga sungai di Kota Yogyakarta tercemar, baik itu E-coli dan nitrat. Sutomo menjelaskan, sampai saat ini pihaknya terus melakukan pengecekan kualitas air di semua wilayah di Kota Yogyakarta, khususnya air sumur.
Pengecekan atau pengujian ini dilakukan dengan melibatkan parameter fisika guna mengetahui warna, rasa, dan bau yang ada di air sumur, serta melihat kualitas air tanah atau air sumur di Kota Yogya yang diharapkan masih dalam kondisi baik.
Selain itu, juga dilakukan pengecekan parameter kimia agar tidak tercemar dari zat berbahaya nitrat. Termasuk dilakukan proses pengecekan dengan parameter mikrobiologi, dan dari hasil yang diperoleh hampir semua sumur di Kota Yogya tercemar oleh bakteri E-coli. "Hampir semua sumur di Kota Yogyakarta ini tercemar E.coli, ada yang tidak tercemar, tapi sedikit sekali," ujar Sutomo.
Sutomo menyebut, sejak Februari 2023 lalu, masih banyak warga yang meminta bantuan agar dilakukan pengecekan terhadap kualitas air sumur. Khusus untuk air sumur yang ada di rumah warga, Sutomo menerangkan bahwa penyebab pencemaran yang banyak ditemukan karena jarak antara sumur dengan septic tank yang dekat.
Pihaknya hingga saat ini masih melakukan pengujian air sumur warga di kawasan Kelurahan Mantrijeron. Di Mantrijeron, katanya, sebagian besar air sumur warga juga tercemar oleh bakteri E-coli.
Meski air sumur warga tercemar E-coli, Sutomo menuturkan tetap dapat digunakan, dan juga dapat dikonsumsi. Namun, air sumur yang tercemar E-coli ini harus diproses dengan baik, yakni direbus hingga mendidih.
"Kesimpulannya air sumur harus melalui proses untuk dikonsumsi, masih bisa digunakan tapi dengan memasak sampai mendidih baru bisa dikonsumsi. Namun masih banyak warga yang jarang merebus air sebelum digunakan. Harapannya ini bisa diterapkan warga," jelasnya.
Meski begitu, warga juga diminta untuk memperhatikan pembuangan limbah di sungai, selain memasak air hingga matang. Hal ini mengingat limbah yang dibuang ke sungai juga menjadi salah satu faktor tercemarnya air sungai oleh bakter E-coli.