REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jejen Musfah, mengungkapkan, kampus perlu mengambil langkah terkait mahasiswa yang terjerat pinjaman online (pinjol). Menurut dia, kampus perlu segera melakukan pemanggilan dan mendata mahasiswanya.
"Kampus harus segera melakukan identifikasi mahasiswa, siapa saja mahasiswa yang terjerat pinjol kemudian lakukan identifikasi. Apakah pinjol tersebut untuk kepentingan gaya hidup hedonistik atau memang untuk keperluan kebutuhan dasar mereka misalnya untuk membayar kos atau untuk makan," kata Jejen, Selasa (12/9/2023).
Menurut Jejen, apabila mahasiswa terbukti melakukan pinjol dengan alasan kesulitan ekonomi, kampus perlu memberikan atau mencarikan beasiswa untuknya. Hal ini dilakukan agar mereka bisa fokus belajar untuk meraih cita-citanya.
Di samping itu, Jejen mengatakan, apabila mahasiswa terjerat pinjol hanya karena untuk kebutuhan gaya hidup hedonisme maka perlu dilakukan pemanggilan terhadap pelajar dan orang tuanya. Menurut Jejen, mahasiswa perlu diberikan surat peringatan dan orang tua perlu menyelesaikan pinjaman ini agar tidak terus berlanjut.
"Kalau tidak sudah ya dikeluarkan, saya kira dari kampus, karena saya kira kampus punya tanggung jawab moril untuk melahirkan, mendidik mahasiswa yang tentu saja hidup yang sewajarnya gitu kan. Tidak hedonis, sehingga kalau ada surat peringatan dan mungkin yang bandel ya di diberhentikan," kata Jejen.
"Saya kira memang ini akan menjadi pelajaran bagi mahasiswa-mahasiswa lain bahwa memang seharusnya mahasiswa hidup apa adanya, sederhana begitu. Tidak melakukan hal yang kontraproduktif atau kontradiksi dengan muruah kampus, marwah seorang akademisi ya seorang mahasiswa," ujarnya.
Terungkap sebanyak 58 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) terjerat pinjaman online (pinjol). Hal tersebut disampaikan oleh Rektor UMY Prof Gunawan Budianto.
Menurut rektor, modus pinjol itu rupanya ditawarkan langsung ke kos-kosan mahasiswa. Menurut Prof Gunawan, maraknya pinjol ilegal membuat pihak kampus khawatir bahwa banyak mahasiswa yang terjebak.
Ia memaparkan, dari survei secara acak yang dilakukan kepada mahasiswa, mayoritas ikut pinjol karena gaya hidup mereka, seperti untuk nongkrong hingga beli motor baru.