REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasangan dengan jarak usia yang terpaut jauh sering kali mendapatkan sorotan. Apa yang membuat sebagian orang memilih pasangan dengan perbedaan usia yang besar?
Menurut data dari Current Population Survey (CPS) di Amerika Serikat, rerata perbedaan usia antara pasangan suami-istri adalah 2,3 tahun. Pada sekitar 64 persen pasangan, pihak yang lebih tua adalah laki-laki.
Seperti dilansir BBC pada Jumat (8/9/2023), jumlah pasangan yang memiliki perbedaan usia 10 tahun atau lebih hanya berkisar di angka 8 persen. Sedangkan pasangan yang memiliki perbedaan usia sebesar 28 tahun atau lebih hanya sekitar 1 persen.
"Dalam banyak budaya, jatuh cinta dengan seseorang yang usianya terpaut jauh lebih tua atau lebih muda bukanlah hal yang bisa diterima," jelas konsultan psikolog dan salah satu pendiri The Chelsea Psychology Clinic, dr Elena Touroni.
Oleh karena itu, pasangan selebritas yang memiliki perbedaan usia cukup jauh sering kali menjadi sorotan dan bahkan menuai cibiran. Beberapa di antaranya adalah pasangan yang baru menikah yakni Chris Evans dan Alba Baptista yang terpaut usia 16 tahun. Selain itu, ada aktor Aaron Taylor Johnson dan istrinya Sam Taylor Johnson yang terpaut 23 tahun, serta George dan Amal Clooney yang terpaut 17 tahun.
Di Indonesia, salah satu pasangan dengan perbedaan usia besar yang kerap menuai sorotan adalah Slamet Riyadi dan Nenek Rohaya yang belum lama ini meninggal dunia. Usia pasangan ini terpaut 55 tahun.
Ketertarikan terhadap seseorang yang usianya minimal 10 tahun lebih muda atau lebih tua dari diri sendiri dikenal sebagai age gap attraction (AGA). Menurut Allo Health melalui laman resmi mereka, ketertarikan seperti ini bukan sebuah patologi atau gangguan, namun hanya sekadar variasi dari ketertarikan manusia biasa. Yang perlu menjadi catatan, kedua pihak yang terlibat dalam hubungan ini memiliki usia legal atau sudah dewasa.
Ada banyak faktor yang dapat membuat seseorang tertarik kepada orang yang jauh lebih muda atau lebih tua dari usia mereka. Sebagian dari faktor tersebut adalah sikap dan kepribadian, kematangan emosional, pengalaman hidup, serta norma budaya.
Tak jarang, orang-orang tertarik dengan pasangan yang lebih tua karena mencari stabilitas dan keamanan. Di sisi lain, orang-orang juga bisa tertarik dengan pasangan yang lebih muda karena mereka terpesona oleh energi dan semangat jiwa muda dari pasangan mereka.
Trauma atau pengabaian di masa kecil juga dapat mendorong seseorang untuk memiliki AGA atau ketertarikan pada individu dengan usia yang terpaut jauh. Pada individu-individu ini, AGA bisa muncul karena mereka memiliki hasrat untuk merawat dan melindungi pasangan, atau karena memiliki keinginan untuk memegang kendali dalam sebuah hubungan.
"Penting untuk diketahui bahwa tidak semua individu yang mengalami trauma masa kecil akan memiliki AGA, dan tidak semua individu dengan AGA mengalami trauma masa kecil," jelas Allo Health dikutip dari laman resminya.
Pasangan dengan perbedaan usia yang terpaut jauh memang memiliki tantangannya sendiri. Namun, ada banyak pasangan dengan perbedaan usia besar yang berhasil membangun hubungan sehat, saling hormat, serta penuh cinta.
"AGA adalah pengalaman yang individual dan kompleks. Meski kerap distigmatisasi oleh masyarakat, penting untuk memahami dan menghormati semua bentuk ketertarikan dan hubungan yang konsensual (suka sama suka)," lanjut Allo Health.
Yang cukup menarik, perbedaan usia yang cukup jauh sering kali tak dirasakan oleh orang-orang yang menjalin hubungan. Sebagian besar pasangan dengan perbedaan usia yang jauh justru sering merasa bahwa mereka seumuran dengan pasangan mereka. Ternyata, ada penjelasan psikologis di balik hal ini.
Menurut psikiater yang berbasis di Amerika Serikat, dr Loren Olson, usia bisa dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis usia tersebut adalah usia kronologis, usia psikologis, usia fisik, dan usia seksual.
"Pasangan dengan perbedaan usia besar sering kali sepadan di tiga jenis usia terakhir (usia psikologis, fisik, dan seksual)," ujar Dr Olson, seperti dilansir PsychCentral.