Kamis 14 Sep 2023 15:00 WIB

Inflasi AS Sejalan Proyeksi, The Fed akan Lebih Lama Menahan Suku Bunganya?

Fed diprediksi akan menahan suku bunga tapi tetap bersedia untuk naikkannya.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pejabat Federal Reserve mengharapkan adanya penurunan inflasi pada Agustus 2023. Hal ini mengingat terjadinya perlambatan ekonomi bahkan kemungkinan perlunya kenaikan suku bunga lebih lanjut pada akhir tahun ini.

Seperti dilansir dari laman Reuters, Kamis (14/9/2023) harga konsumen secara keseluruhan meningkat dari bulan ke bulan pada laju tercepat dalam 14 bulan pada Agustus. Hal ini dipicu fluktuasi biaya energi, ukuran inflasi meningkat secara tidak terduga.

Baca Juga

Meskipun para ekonom percaya bahwa tren inflasi masih menguntungkan the Fed, Agustus merupakan kejutan yang akan membuat para pejabat cenderung memilih setidaknya satu kali kenaikan suku bunga tambahan. Hal ini akan diketahui pada akhir pertemuan the Fed pada 19-20 September mendatang.

"Kami memperkirakan the Fed akan tetap menahan suku bunganya tapi memberi sinyal kesediaan untuk menaikkan suku bunga lagi bergantung pada data. The Fed mempertahankan suku bunga acuannya pada kisaran saat ini 5,25 hingga 5,5 persen," kata para ekonom.

Ringkasan proyeksi ekonomi baru yang dirilis setelah pertemuan tersebut akan menunjukkan apakah sebagian besar pembuat kebijakan masih mengantisipasi kenaikan seperempat poin lagi pada akhir tahun ini, seperti perkiraan mereka untuk Juni lalu. Sejak pertemuan mereka pada Juli, pengambil kebijakan Fed mengatakan suku bunga tidak perlu dinaikkan lebih lanjut, sementara laju inflasi didasarkan pada tingkat suku bunga dana federal yang sedikit lebih tinggi.

Sebagian besar investor memperkirakan kenaikan suku bunga lebih lanjut, meskipun Ketua Fed Jerome Powell telah menekankan bahwa tetap mendukung kebijakan moneter yang lebih ketat, yang akan dipertahankan lebih lama lagi, sampai jelas bahwa inflasi berada pada jalur yang berkelanjutan dan kembali ke target The Fed sebesar dua persen.

"Apakah data yang masuk memberitahu kita bahwa kita perlu berbuat lebih banyak? Dan jika data tersebut memberi tahu kita bahwa--secara kolektif, jika itu pandangan kita--kita akan berbuat lebih banyak," kata Powell pada konferensi persnya setelah pertemuan the Fed pada Juli.

Dengan jeda delapan pekan yang sangat panjang antara pertemuan Juli dan September, para pengambil kebijakan memiliki lebih banyak informasi digunakan dalam membuat penilaian, dengan laporan mengenai penjualan ritel dan harga yang dibayar oleh produsen memberikan poin data utama terakhir.

Sebagian besar informasi mengarah pada perekonomian yang melambat namun masih tumbuh dengan berkurangnya tekanan harga--sebuah soft landing yang diharapkan dapat direkayasa oleh para pembuat kebijakan.

Laju pertumbuhan lapangan kerja dan upah telah melambat, dan ukuran pasar tenaga kerja lainnya, seperti tingkat pekerja yang berhenti dari pekerjaan, tingkat pembukaan pekerjaan, dan jumlah pengangguran per pekerjaan yang terbuka, telah mendekati tingkat yang terlihat sebelumnya pandemi Covid-19 mengganggu perekonomian.

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement