REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang meluncurkan gerakan pangan murah di Terminal Mulyorejo, Sukun, Kota Malang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menyediakan sejumlah komoditas penting dengan harga terjangkau.
Wali Kota Malang, Sutiaji menyatakan, gerakan ini untuk memastikan masyarakat terkait ketersediaan pangan. "Ini menjadi keharusan bagi kami untuk masyarakat bahwa jangan sampai ada kecemasan bahwa yang namanya pangan tersedia, tersedia dan harganya terjangkau dan ini memang banyak subsidi," kata Sutiaji saat ditemui wartawan di Terminal Mulyorejo.
Subsidi ini dapat dilakukan berkat kerja sama dengan Perum Bulog, Rajawali Nusindo, Tugu Aneka Usaha, dan lain-lain. Dia berharap kolaborasi ini dapat terus dikuatkan dan dikembangkan.
Dengan demikian, nantinya pihaknya mampu mengendalikan inflasi di Kota Malang. Hal yang pasti, kata dia, tujuan gerakan ini sebenarnya tidak hanya inflasi.
Gerakan ini lebih ditunjukkan bagaimana menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Tidak ada kepanikan berkaitan dengan pangan karena harga komoditas sesungguhnya terjangkau.
Hal serupa diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Kaispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan Hariadi. Ia menjelaskan gerakan ini pada dasarnya dalam rangka menjaga stabilitas pasokan dan stabilitas harga serta mengendalikan inflasi.
Adapun selisih harga komoditas yang dijual dengan harga pasaran bisa mencapai Rp 500 sampai Rp 1.000. Slamet berencana agar kegiatan ini dapat dilaksanakan setidaknya dua kali dalam sebulan.
Dengan demikian, kegiatan tersebut dapat dilaksanakan 24 kali dalam setahun. Ia menargetkan kegiatan dengan menyajikan pasar murah ini dapat diselenggarakan di 57 kelurahan di lima kecamatan wilayah Kota Malang.
Sementara itu, warga Sukun, Endah (44 tahun), mengaku bersyukur dengan adanya kegiatan gerakan pasar murah. Dia dapat membeli komoditas penting seperti beras, telur, dan terigu dengan harga cukup murah.
Bahkan, selisih harganya dapat mencapai Rp 5.000 dibandingkan harga eceran. Dia berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan sesering mungkin di wilayahnya.
Sebab, perempuan berhijab ini menilai subsidi harga yang ditetapkan cukup meringankan pengeluarannya. "Karena memang harga sembako lagi naik-naiknya. Kalau minyak memang rata-rata Rp 14 ribu. Ecerannya tidak begitu memberatkan. Cuma untuk beras sama gula bagi ibu-ibu cukup memberatkan," ungkap dia.