Rabu 20 Sep 2023 14:22 WIB

Di Majelis Umum PBB, Pemimpin Muslim Kecam Barat atas Pembakaran Alquran

Para pemimpin Muslim mengecam pembakaran Alquran dan tindakan yang diskriminatif

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Polisi Swedia menahan seorang wanita (tengah) yang menyemprot seorang aktivis anti-Islam dengan alat pemadam api, saat aktivis itu melakukan pembakaran Alquran di luar Kedutaan Besar Iran di Stockholm.
Foto: EPA-EFE/Fredrik Sandberg/TT SWEDEN OUT
Polisi Swedia menahan seorang wanita (tengah) yang menyemprot seorang aktivis anti-Islam dengan alat pemadam api, saat aktivis itu melakukan pembakaran Alquran di luar Kedutaan Besar Iran di Stockholm.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK --  Para pemimpin Muslim mengecam negara-negara Barat atas pembakaran serangkaian insiden pembakaran Alquran. Dalam pidato di Majelis Umum PBB, para pemimpin Muslim mengecam tindakan pembakaran Alquran dan tindakan yang diskriminatif.

Serangkaian pembakaran kitab suci Alquran berlangsung di Swedia. Pemerintah Swedia menyuarakan kecaman namun tidak dapat menghentikan tindakan tercela itu karena dilindungi undang-undang kebebasan berekspresi.

Baca Juga

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negara-negara Barat sedang menyaksikan “wabah” rasisme termasuk Islamofobia. Menurut Erdogan, "wabah" ini telah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi.

“Sayangnya, politisi populis di banyak negara terus bermain api dengan mendorong tren berbahaya tersebut. Mentalitas yang mendorong serangan keji terhadap Alquran di Eropa, dengan membiarkannya berkedok kebebasan berekspresi, pada dasarnya mengaburkan masa depan (Eropa) melalui tangan mereka sendiri," ujar Erdogan, dilaporkan Al Arabiya.

Protes di Swedia yang melibatkan pembakaran Alquran diorganisir oleh seorang pengungsi, Salwan Momika. Tindakan tercela ini memicu kemarahan di Timur Tengah termasuk negara asal Momika, Irak.

Presiden Iran, Ibrahim Raisi juga menyinggung pembakaran Alquran dalam pidatonya di Majelis Umum PBB. Raisi menuduh Barat berusaha mengalihkan perhatian dengan alat kebebasan berpendapat.

“Api rasa tidak hormat tidak akan mengalahkan kebenaran ilahi,” kata Raisi.

Dalam pidatonya, Raisi menyinggung Perancis yang secara kontroversial melarang siswi Muslim mengenakan jilbab di sekolah. “Islamofobia dan apartheid budaya yang terjadi di negara-negara Barat, terbukti dalam tindakan mulai dari penodaan Alquran hingga pelarangan hijab di sekolah, dan berbagai diskriminasi menyedihkan lainnya tidak pantas untuk bermartabat manusia,” kata Raisi.

Selain itu, Emir Qatar dalam pidatonya mengatakan, Barat dengan sengaja mengkompromikan kesucian orang lain. Penistaan terhadap suatu agama tidak boleh dilihat sebagai kebebasan berekspresi.

“Saya akan mengatakan kepada saudara-saudara Muslim saya bahwa tidak masuk akal bagi kita untuk terganggu oleh orang bodoh atau orang yang bias setiap kali dia memprovokasi kita dengan membakar Alquran  atau dengan bentuk hal-hal sepele lainnya,” kata Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.

“Alquran terlalu suci untuk dinodai oleh orang yang tidak berakal," kata Sheikh Al Thani

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement