Oleh : Gita Amanda, Redaktur Ekonomi Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Kamis (14/9/2023) lalu, Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru, Septi Eka Wardhani, mengatakan titik api di kawasan tersebut akhirnya berhasil padam seluruhnya. Setelah ditutup sejak 10 September, selama hampir sepekan pemadaman, titik api akhirnya dinyatakan tak ada lagi.
Ini tentu jadi kabar menggembirakan, bukan hanya bagi pengelola, tapi juga warga sekitar kawasan yang terkena imbas kebakaran. Bagaimana tidak? Dampak kebakaran juga merambat ke segala ‘’penjuru’’.
Para pedagang di sekitar lokasi wisata Gunung Bromo misalnya, mereka mengalami penurunan pendapatan hingga 50 persen karena kawasan tersebut ditutup. Penyedia jasa jeep untuk kawasan Gunung Bromo juga ikut terdampak akibat kebakaran. Banyak dari penyedia jasa jeep ini mengalami kerugian bahkan sampai tidak memiliki pemasukan sama sekali.
Banyak pula masyarakat yang tak bisa bertani di masa-masa awal kebakaran terjadi. Para petani mengaku batuk dan matanya perih akibat asap dan debu kebakaran. Situasi ini menyebabkan para petani harus libur sementara dari pertanian, sehingga sempat merugi sekitar 40 sampai 50 persen.
Tak hanya berimbas pada pemasukan warga sekitar, kebakaran di kawasan Gunung Bromo juga turut mengakibatkan rusaknya sejumlah pipa yang biasanya menyalurkan air bersih ke sejumlah desa sekitar. Akibatnya banyak warga akhirnya kesulitan mendapat pasokan air bersih. Pemerintah setempat akhirnya harus menyalurkan air bersih ke warga hingga pipa bisa Kembali digunakan.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (BB TNBTS), Hendro Wijanarko bahkan menyatakan, sejumlah tanaman endemik di kawasan Bromo ikut jadi ‘’korban’’. Suket malela dan anggrek tosari di savana ikut terbakar. Untungnya Hendro bilang, tumbuhan tersebut masih bisa tumbuh lagi.
Pemadaman berbiaya fantastis
Luasan lahan dan hutan yang terbakar di kawasan Gunung Bromo diperkirakan tak main-main yakni mencapai lebih dari 500 hektare (ha). Kondisi tanaman yang kering akibat musim kemarau mempercepat meluasnya kebakaran. Pemadaman kebakaran ini bahkan harus menggunakan helikopter water bombing karena luasnya cakupan.
Dan penggunaan helicopter water bombing ini menelan biaya yang tak sedikit. Sebagai gambaran, Kepala BNPB dalam salah satu wawancaranya mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk penggunaan helikopter water bombing selama 1 jam kurang lebih Rp 150 juta. Dan untuk membuat api benar-benar padam di Kawasan Bromo, pemerintah harus mengeluarkan biaya total hingga miliaran rupiah.
Seharusnya kan kita sudah cukup kesal ya dengan apa yang terjadi, dampaknya hingga biaya besar yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk pemadaman kebakaran. Tapi nyatanya para “pelaku” masih kurang puas membuat kesal.
Lapor balik
Kemarin, Jumat (15/9/2023), pasangan yang melakukan prewedding hingga menyebabkan kebakaran di Bromo ini meminta maaf kepada publik dan masyarakat adat Tengger atas ulah mereka menyebabkan kebakaran besar.
Tapi tak sekadar minta maaf, mereka melalui sang pengacara mengatakan akan menuntut balik petugas Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru. Para petugas dan Taman Nasional Bromo dianggap lalai, tak mengawasi dan tak memberi imbauan serta peringatan pada wisatawan. Taman Nasional Bromo juga dianggap tak menyediakan alat keamanan memadai dalam menghadapi bencana yang terjadi.
Tentu saja hal ini membuat masyarakat semakin geram. Pasangan ini jelas dianggap tak memiliki empati, karena pemadaman baru saja selesai dilakukan sehari sebelumnya. Ditambah lagi banyaknya kerugian yang dialami masyarakat akibat ulah pelaku prewedding yang menyebabkan bencana tersebut. Belum lagi biaya selangit yang sudah dikeluarkan pemerintah untuk pemadaman.
Memang meminta maaf di negeri ini bukan hal sulit. Lihat saja berbagai kejadian viral yang terjadi, pasti tak lama kemudian pelakunya akan langsung nongol memberi klarifikasi sambil minta maaf.
Yang sulit di negeri ini adalah, menyadari kesalahan yang sudah mereka lakukan. Menyadari dengan sungguh-sungguh. Meminta maaf dengan tulus. Dan berupaya mencari solusi atas kekacauan yang sudah terjadi.
Sungguh yang mereka lakukan dengan melaporkan balik petugas di luar akal sehat. Mengutip salah satu komentar warganet. “Seharusnya mereka menyesal sampai akhir hayat”.