Jumat 22 Sep 2023 01:06 WIB

Studi: Tren Kerja WFH dan Hybrid Bisa Kurangi Separuh Emisi Karbon

Penelitian emisi karbon WFH menganalisis data dari berbagai basis data nasional.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Studi terbaru mencatat bahwa karyawan yang sepenuhnya WFH adalah 54 persen lebih rendah, daripada karyawan yang bekerja penuh waktu di kantor.
Foto: Pixabay
Studi terbaru mencatat bahwa karyawan yang sepenuhnya WFH adalah 54 persen lebih rendah, daripada karyawan yang bekerja penuh waktu di kantor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa bekerja dari rumah (WFH/work from home) dapat mengurangi separuh emisi karbon yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Namun jika WFH hanya sehari dalam sepekan, itu hampir tidak memberikan manfaat bagi iklim.

Temuan ini muncul dari penelitian paling komprehensif di Amerika Serikat, yang menyelidiki dampak lingkungan dari tren kerja WFH dan hybrid (kombinasi bekerja di kantor dan di rumah) selama pandemi Covid-19, serta upaya menerapkan kembali bekerja di kantor dari beberapa perusahaan.

Baca Juga

Dalam studi baru ini, para peneliti menganalisis data dari berbagai basis data nasional serta informasi yang dikumpulkan oleh perusahaan perangkat lunak raksasa asal Seattle, Microsoft, mengenai kebiasaan karyawannya dalam melakukan perjalanan dan bekerja dari rumah.

Mereka menggunakan data ini untuk memodelkan emisi karbon dari teknologi internet dan komunikasi, penggunaan energi di rumah dan kantor, perjalanan pulang pergi, dan perjalanan non-commuter untuk pekerja onsite, pekerja jarak jauh, serta pekerja hybrid.

Hasilnya, menurut laporan para peneliti dalam Prosiding National Academy of Sciences, emisi karbon dari karyawan yang sepenuhnya WFH adalah 54 persen lebih rendah, daripada karyawan yang bekerja penuh waktu di kantor.

“Banyak diskusi sebelumnya yang mengangkat kekhawatiran tentang emisi karbon dari penggunaan komputer dan internet saat bekerja dari rumah, tetapi efek dari WFH dan hybrid pada teknologi komunikasi seperti penggunaan komputer, telepon, dan internet dampaknya lebih rendah terhadap jejak karbon secara keseluruhan,” kata anggota tim peneliti Fengqi You, insinyur sistem energi berkelanjutan dan peneliti di Cornell University, New York.

Studi ini menunjukkan bahwa upaya untuk mengurangi karbon harus berfokus pada perjalanan yang lebih ramah lingkungan, kantor yang lebih kecil, dan menghubungkan tempat kerja dengan sumber energi terbarukan.

“Penggunaan energi di kantor merupakan kontributor utama dari keseluruhan emisi, dan ruang kantor bersama dengan cara yang efektif dapat menjadi alat yang sangat penting bagi para pekerja hybrid untuk mengurangi jejak karbon," kata You seperti dilansir Anthropocene Magazine, Jumat (22/9/2023).

Sementara itu, bagi karyawan yang hybrid dilaporkan dapat mengurangi jejak karbon terkait pekerjaan mereka hingga 28 persen. Hal ini karena energi kantor seperti penghangat ruangan, AC, penerangan, dan lainnya, digunakan terlepas dari berapa banyak orang yang benar-benar berada di kantor.

Bekerja dari rumah hanya satu hari setiap pekan hanya mengurangi emisi karbon karyawan sebesar 2 persen, karena orang cenderung melakukan lebih banyak perjalanan non-commuter pada hari kerja. Sementara itu, karyawan hybrid yang bekerja dari rumah dua hingga empat hari per pekan mengurangi emisi mereka sebesar 11 hingga 29 persen dibandingkan dengan pekerja yang bekerja di kantor.

"Ketika organisasi memberlakukan kebijakan kerja, kebijakan tersebut tidak hanya memengaruhi emisi karbon yang terkait dengan pekerjaan karyawan, tetapi juga mengubah portofolio lingkungan pribadi mereka. Misalnya, pekerja jarak jauh tinggal lebih jauh dan lebih sering bepergian untuk keperluan di luar pekerjaan,” ujar anggota tim peneliti Longqi Yang, seorang peneliti di Office of Applied Research Microsoft.

Tentu saja, perusahaan tidak sepenuhnya membuat kebijakan WFH atas dasar penghematan karbon. Namun menurut Yang, dampak lingkungan bisa menjadi salah satu dari sekian banyak faktor yang mungkin dipertimbangkan oleh perusahaan dalam membuat kebijakan kerja.

"Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa tugas lebih produktif dilakukan dari jarak jauh, sementara tugas lainnya lebih cocok dilakukan secara langsung. Menyeimbangkan antara faktor-faktor ini dan memungkinkan pekerjaan yang fleksibel adalah kuncinya,” kata Yang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement