REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arus Samudra Atlantik mungkin akan kolaps pada pertengahan abad ini. Peringatan serius ini datang dari para ilmuwan University of Copenhagen, yang percaya bahwa akan terjadi pergeseran suhu yang signifikan di Eropa dan daerah tropis pada tahun 2060 akibat perubahan iklim.
Penelitian mereka memprediksi bahwa arus laut yang bertanggung jawab menyeimbangkan suhu air laut yang dingin dan hangat antara dan Atlantik Utara wilayah tropis, dapat berhenti berfungsi jika emisi gas rumah kaca semakin parah.
Arus yang dimaksud, yang secara resmi dikenal sebagai Sirkulasi Thermohaline, telah menjadi pokok iklim Bumi sejak zaman es terakhir. Sirkulasi thermoline memainkan peran penting dalam mendistribusikan arus dingin dan hangat antara Atlantik Utara dan daerah tropis.
Namun, menurut data para peneliti yang menyelidiki catatan suhu laut selama 150 tahun terakhir, menunjukkan bahwa sistem ini dipastikan kolaps antara tahun 2025 dan 2095, kemungkinan besar sekitar tahun 2057.
“Kolapsnya arus ini akan berkontribusi pada peningkatan suhu panas di daerah tropis. Hasil penelitian kami menggarisbawahi pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca global sesegera mungkin,” kata profesor di Niels Bohr Institute, Peter Ditlevsen, seperti dilansir Study Finds, Jumat (22/9/2023).
Aspek penting dari penelitian ini adalah pengamatan sinyal peringatan dini, yang mengisyaratkan ketidakstabilan arus laut yang akan datang. Hingga saat ini, pengembangan metode statistik khusus telah membuka jalan bagi prediksi yang lebih akurat tentang kapan pemadaman ini akan terjadi.
Tim ini menggunakan suhu permukaan laut dari wilayah Atlantik Utara tertentu, yang dilacak dari tahun 1870 hingga saat ini. Data ini bertindak sebagai bukti terkait kekuatan sirkulasi thermohaline, meskipun baru diukur secara langsung selama 15 tahun terakhir.
"Dengan menggunakan alat statistik yang baru dan lebih baik, kami telah membuat perhitungan yang memberikan perkiraan yang lebih kuat tentang kapan runtuhnya sirkulasi thermohaline kemungkinan besar akan terjadi, sesuatu yang belum pernah kami lakukan sebelumnya," jelas Susanne Ditlevsen, profesor di departemen ilmu matematika di University of Copenhagen.