REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengusulkan penggunaan konsep Madani di Sidang Majelis Umum PBB ke-78 di New York, Amerika Serikat, Jumat (23/9/2023), untuk menghadapi dilema 'defisit demokrasi' global.
Menurut dia, mau tidak mau semua negara apakah mereka kelompok kekuatan besar atau negara berkembang harus menelan hakikat tentang peran membentuk dunia yang lebih baik untuk masa depan.
'Roh' konsensus dan kerja sama multilateralisme, menurut dia, harus diperkuat ketika kancah ekonomi politik dunia menghadapi polarisasi yang semakin meningkat. Anwar saat menyampaikan pernyataan Malaysia yang diikuti secara daring di Kuala Lumpur, juga mengungkapkan kebimbangan dengan munculnya bentuk rasisme baru yang ditunjukkan oleh xenofobia, profiling negatif dan stereotip terhadap Umat Islam.
"Pembakaran Alquran yang terjadi di beberapa negara merupakan tindakan Islamofobia yang jelas-jelas bertujuan untuk menimbulkan kebencian," kata dia.
Terkait isu Palestina, ia mendesak komunitas internasional menghentikan kemunafikan dan terus menyuarakan suara yang kuat sebagai wujud perlawanan terhadap kekejaman yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina.
Ia juga meminta PBB memimpin upaya multilateral penyelesaian konflik Rusia-Ukraina. Sedangkan terkait persoalan Myanmar, Malaysia meminta negara tersebut segera menerapkan Konsensus Lima Poin ASEAN untuk mencapai perdamaian dan stabilitas dalam negeri.
Anwar juga menyerukan agar hak-hak perempuan dan anak serta akses pendidikan di Afganistan terus dipertahankan. Pada saat yang sama memberikan komitmen bahwa Malaysia akan melanjutkan hubungan antar-masyarakat yang sudah ada dengan Afganistan, termasuk memberikan bantuan kemanusiaan.
Terkait krisis iklim, ia meminta negara-negara maju memenuhi komitmennya memobilisasi 100 miliar dolar AS per tahun guna membantu negara berkembang menghadapi perubahan iklim.
Guna menghadapi perekonomian global yang diperkirakan akan terus dilanda ketidakpastian geopolitik, gangguan rantau pasok, kenaikan harga komoditi, dan kondisi keuangan yang menantang, Anwar mengatakan perlu reformasi drastis dan sistemik serta penataan kembali seluruh institusi global, demi mengatasi kesenjangan besar antara pertumbuhan ekonomi dan pendapatan.
Dalam pertemuannya dengan diaspora dan pelajar-pelajar Malaysia di New York, Anwar kembali menjelaskan konsep Madani yang negara tersebut jalankan saat ini.