Senin 25 Sep 2023 11:26 WIB

Sedang Berkonflik, Presiden Azerbaijan dan PM Armenia akan Adakan Pertemuan di Spanyol

Azerbaijan dan Armenia sedang terlibat konflik perebutan wilayah Nagorno-Karabakh.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perwakilan komunitas Armenia di Nagorno-Karabakh meninggalkan gedung setelah pembicaraan di kota Yevlakh, Azerbaijan, Azerbaijan, Kamis, 21 September 2023.
Foto: AP Photo
Perwakilan komunitas Armenia di Nagorno-Karabakh meninggalkan gedung setelah pembicaraan di kota Yevlakh, Azerbaijan, Azerbaijan, Kamis, 21 September 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN – Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev diagendakan mengadakan pertemuan di Spanyol pada Oktober mendatang. Mereka bakal membahas tentang eskalasi terbaru di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan kedua negara.

Dilaporkan laman Euronews, Dewan Keamanan Armenia, pada Ahad mengungkapkan, pertemuan antara Pashinyan dan Aliyev akan digelar di kota Granada, 5 Oktober 2023 mendatang. Pertemuan mereka bakal turut dihadiri Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Ketua Dewan Eropa Charles Michel.

Baca Juga

Prancis, Jerman, dan Uni Eropa telah menjadi pemain kunci dalam upaya penyelesaian konflik di Nagorno-Karabakh yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Secara internasional, wilayah tersebut diakui sebagai bagian dari Azerbaijan. Namun selama tiga dekade terakhir, pemerintahan di Nagorno-Karabakh dijalankan oleh kelompok separatis Armenia.

Pada 19 September 2023 lalu, Azerbaijan melancarkan operasi militer terbaru ke wilayah Nagorno-Karabakh. Mereka menyebut operasi itu sebagai operasi “anti-teroris”. Tujuan operasi adalah memukul pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah tersebut. Sedikitnya 25 orang telah dilaporkan tewas dalam operasi militer Azerbaijan. 

Pemerintah Azerbaijan mengatakan bersedia melakukan pertemuan dengan pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Namun Azerbaijan meminta mereka terlebih dulu meletakkan senjata dan menyerah. “Untuk menghentikan tindakan anti-teroris, angkatan bersenjata ilegal Armenia harus mengibarkan bendera putih, menyerahkan semua senjata, dan rezim ilegal harus membubarkan diri,” kata Kantor Kepresidenan Azerbaijan dalam sebuah pernyataan, 19 September 2023 lalu.

Pasukan etnis Armenia setuju untuk melucuti senjata mereka berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang dicapai pada Rabu (20/9/2023) pekan lalu. Armenia dan Azerbaijan telah terlibat pertikaian sejak dekade 1990-an. Pemicu utamanya adalah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah yang terletak di dalam Azerbaijan, tapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia.

Pada 2020 lalu, kedua negara terlibat pertempuran sengit di wilayah tersebut. Konfrontasi berlangsung selama enam pekan dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong kedua negara menyepakati gencatan senjata.  Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.

Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement