REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) DI Yogyakarta menilai sepinya pembeli usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di DIY akibat e-commerce merupakan peluang bagi pelaku UMKM untuk lebih melek teknologi.
Sebelumnya para pedagang di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta, mengeluhkan mulai sepinya pembeli yang disebabkan oleh maraknya penjualan di e-commerce.
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan, pihaknya telah memberikan pelatihan e-commerce agar para pelaku UMKM lebih melek teknologi dan memanfaatkan e-commerce untuk memasarkan produk mereka.
"Dari pemda sudah mendorong dan melaksanakan pelatihan bagaimana e-commerce itu menjadi suatu peluang pemasaran. Sudah saatnya juga melek teknologi, pedagang yang melek teknologi justru akan memanfaatkan peluang tersebut," ujar Syam kepada Republika, Kamis (28/9/2023).
Menurut Syam, sepinya Pasar Beringharjo bukan karena e-commerce, karena sebenarnya pasar tersebut menyediakan oleh-oleh bagi wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Apabila menjadi sepi, ia menduga hal itu karena masyarakat memiliki prioritas lain daripada berbelanja oleh-oleh.
"Mungkin juga masyarakat saat ini mementingkan untuk kebutuhan pangan dan pendidikan," imbuhnya. Syam menjelaskan, persaingan perdagangan UMKM juga semakin ketat dengan globalisasi.
Banyak barang impor dijual murah, sehingga pihaknya berupaya mendorong masyarakat akan bangga, menyukai dan membeli produk lokal untuk meningkatkan perekonomian UMKM.
Selain itu, ada gerakan peningkatan pemanfaatan produk dalam negeri dengan mewajibkan pemerintah, BUMN, BUMD dalam pengadaan barang dan jasa membeli produk dalam negeri
"Sehingga kita mendorong dan melaksanakan pelatihan dan pendampingan UMKM untuk mendaftar di e-catalog. Totalnya sudah 14 ribuan UMKM," ujar dia.
Sebelumnya, para pedagang pakaian di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta mengeluhkan makin sepinya pembeli di Pasar Beringharjo. Sepinya pembeli di Pasar Beringharjo disebut disebabkan oleh menjamurnya toko online.
"Online terus sekarang ya ngaruh tho (ke pedagang pasar)," kata penjual bernama Atik kepada Republika saat ditemui di Pasar Beringharjo, Selasa (26/9/2023).
Ia pun mengaku tidak tertarik beralih ke online. Ia lebih memilih melayani pembeli secara langsung di pasar. "Online kan biasanya mereka fokus di online aja, kita nggak, ke pembeli langsung," katanya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut TikTok merupakan platform media sosial, bukan media ekonomi. Karena itu, pemerintah tengah merancang regulasi yang akan mengatur antara media sosial dan platform perdagangan atau ekonomi.
Regulasi yang dimaksud yakni Permendag Nomor 50 Tahun 2020 untuk mengatur keberadaan TikTok Shop yang saat ini berdampak pada UMKM.