REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kenaikan harga beras masih terus terjadi dan dikeluhkan masyarakat. Termasuk para pelaku usaha kuliner di Kota Yogyakarta yang merasa kenaikannya sudah cukup tinggi.
Salah satunya Avianti (48) yang merupakan pelaku usaha kuliner di Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Avi menyebut saat ini harga beras di pasaran sudah mencapai Rp 13.500 hingga Rp 14.500 per kilogram.
Kenaikan ini terjadi dari sebelumnya Rp 11.500 hingga Rp 12.000 per kg. "Naiknya sudah beberapa kali, naik Rp 500, terus Rp 500 lagi sampai sekarang jadi Rp 14.500 per kg," kata Avi kepada Republika.co.id, Senin (2/10/2023).
Naiknya harga beras ini membuatnya mau tidak mau harus memutar otak agar tidak rugi dalam menjalankan bisnis usaha kulinernya. Avi menyebut bahwa ia tidak serta-merta menaikkan harga produk usaha kuliner yang dijualnya, tapi mengurangi porsi dari yang sebelumnya.
Langkah ini ditempuh Avi agar ia tidak kehilangan konsumen. Sebab, Avi khawatir konsumennya akan beralih jika ia menaikkan harga produk usaha kulinernya.
"Saya tidak berani menaikkan harga, tapi porsi (nasinya) dikurangi. Karena naiknya harga beras ini terasa sekali yang sekarang sampai Rp 14.500," ujar Avi.
Berbeda dengan pelaku usaha lainnya di Kota Yogyakarta, yakni Isti (44), yang mana ia memilih untuk menaikkan harga produk usaha kulinernya. Harga ini terpaksa dinaikkan Isti agar tidak mengalami kerugian mengingat naiknya harga beras.
"Saya naikkan harga makanan, tapi tidak terlalu tinggi, hanya Rp 1.000 dari harga sebelumnya," kata Isti.
Isti juga mengeluhkan naiknya harga beras yang sudah terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Ia berharap ada upaya yang dilakukan pemerintah agar harga beras ini tidak semakin naik.
"Naiknya sudah sampai Rp 2.000 lebih dari kondisi normal yang sebelumnya hanya Rp 11.500 atau hanya Rp 12 ribu. Kan jauh sekali naiknya sampai ke Rp 14 ribu lebih," ujar Isti.
Ketua Komisi B DPRD DIY Andriana Wulandari mengatakan, kenaikan harga beras ini perlu ditangani bersama. Hal ini mengingat harga beras terus naik hingga Rp 13.500 hingga Rp 14 ribu per kg.
"Menurut saya ini akibat dari kemarau yang berkepanjangan, banyak petani yang tidak menanam padi, tapi menanam palawija," kata Andriana belum lama ini.
Andriana menyebut kenaikan harga beras ini sudah sangat meresahkan masyarakat dan harus segera diselesaikan. Meski, untuk saat ini kondisi ketersediaan pangan di DIY masih mencukupi kebutuhan masyarakat. "Cukup jadi PR kita untuk bagaimana menangani harga beras yang makin hari makin naik," katanya.
Ia pun mendorong seluruh pihak terkait melangkah cepat menekan harga beras agar tidak semakin naik. Menurut dia, operasi pasar yang rutin harus dilakukan dalam rangka menstabilkan harga pangan, termasuk harga beras.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Syam Arjayanti mengatakan, pihaknya sudah melakukan beberapa upaya untuk menstabilkan harga pangan, termasuk harga beras. Setidaknya ada dua upaya yang sudah dilakukan, yakni dengan menggelar operasi pasar dan pasar murah.
Operasi pasar sendiri dilakukan untuk membantu para pedagang dalam stabilisasi harga pangan. Operasi pasar ini dilakukan di sejumlah pasar rakyat yakni Pasar Kranggan, Pasar Demangan, Pasar Beringharjo, dan Pasar Prawirotaman.
Sedangkan, pasar murah dilakukan dengan menyasar masyarakat secara langsung. Pasar murah ini dilakukan dengan tujuan mempermudah masyarakat mendapatkan bahan pangan dengan harga murah.
Syam menyebut bahwa pasar murah ini juga telah dilakukan hingga level desa. Operasi pasar dan pasar murah ini akan terus dilakukan untuk stabilisasi harga pangan.
"Disperindag selalu koordinasi dengan Bulog, di pemda ada anggaran untuk operasi pasar dan pasar murah. Ada anggaran Rp 1 miliar untuk operasi pasar dan pasar murah,” kata Syam.
Sementara itu, Manager Pengadaan Perum Bulog Kanwil DIY, Fansuri Perbatasari mengatakan, fungsi Bulog yakni menyediakan cadangan pangan pemerintah dan menjaga stabilitas harga.
“Kalau tidak ada panen raya, kita beli gabah, kita beli beras yang kualitas dan harganya sudah ditentukan oleh pemerintah untuk cadangan pangan pemerintah,” katanya.
Fansuri menuturkan, ketika fungsi untuk menyerap panen berkurang, harga akan menjadi naik. Untuk itu, disini Bulog akan mengeluarkan cadangan yang sudah disimpan sebelumnya untuk menjaga stabilitas harga.
Ditegaskan, bahan pangan yang disimpan oleh Bulog berasal dari dalam negeri. Adapun bahan pangan yang diimpor merupakan langkah terakhir dalam menjaga stok bahan pangan yang dibeli oleh Bulog.
“Situasi El Nino ini kalau pemerintah kemarin tidak impor, mungkin sekarang harga lebih tinggi lagi. Adanya impor ini juga bertujuan untuk mengembalikan harga pangan yang tinggi,” ujar Fansuri.