Kamis 05 Oct 2023 05:43 WIB

Adab Bertamu dalam Penjelasan Imam Al Ghazali

Imam Al Ghazali menjelaskan adab bertamu.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Adab bertamu/Ilustrasi
Adab bertamu/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rasulullah SAW mengingatkan kita umat Islam janganlah bersusah payah (merepotkan diri) dalam menyambut tamu. Sehingga, kerepotannya menjadi penyebab benci terhadap tamu. 

"Karena barangsiapa membenci tamu, maka dia membuat marah Allah. Dan barangsiapa membuat marah Allah maka Allah akan memurkai-Nya." 

Baca Juga

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin menuliskan disunahkan memenuhi undangan baik dari orang miskin maupun orang kaya. Di dalam sebagian kitab yang diturunkan Allah disebutka.

"Berjalanlah satu mil jenguklah orang sakit! Berjalanlah dua mil antarkan jenazah! Berjalanlah tiga mil penuhi undangan!" 

Nabi bersabda "Bahkan seandainya aku diundang ke Kura niscaya aku akan datang." 

Kura adalah daerah yang jaraknya bermil-mil dari kota Madinah. Nabi yang pernah berbuka sesampainya di sana pada bulan Ramadan dan mengqashar salat dalam perjalanan ini. Ketika sedang puasa sunah, seyogyanya membatalkan puasanya saat dihidangkan jamuan. Karena menggembirakan hati tuan rumah lebih diutamakan.

Imam Ghazali menyarankan, hendaknya tidak menghadiri undangan jika pada makanan, tempat atau tingkatnya terdapat syubhat. Beitu juga apabila diundang orang fasik, orang zalim, ahli bidah atau tujuan undangannya untuk membanggakan diri.

"Hendaknya memenuhi undangan diniatkan untuk melaksanakan ketaatan bukan sekedar untuk memuaskan syahwat," katanya.

Dan di antara adab bertamu tidak keluar dari rumah sebelum diperkenankan oleh pemiliknya. Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar mengatakan pada masa Rasulullah SAW kami pernah makan sambil berjalan dan minum sambil berdiri.

 "Disunahkan membawa makanan untuk diberikan kepada keluarga mayat."

Imam Ghazali menegaskan, paham adab dan bertamu niscaya engkau akan memperoleh manfaatnya.

"Wallahu'alam hanya kepada-Nya tempat kembali dan tujuan berpulang," tulis Imam Ghazali.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement