REPUBLIKA.CO.ID,KATHMANDU -- Kota di Nepal, Nepalgunj, memberlakukan lockdown serta meningkatkan keamanan untuk mencegah bentrokan antara umat Hindu dan Muslim. Para pejabat sebuah kota di barat daya Nepal menyampaikan, meskipun ketegangan antara umat Hindu dan Muslim meningkat dengan cepat, malam itu berlalu dengan damai.
Dilansir dari laman the Hindu pada Kamis (5/10/2023), masalah dimulai di kota pusat regional Nepalgunj pada akhir pekan setelah seorang anak laki-laki Hindu mengunggah status tentang Muslim di media sosial. Umat Islam memprotes status di dalam gedung kantor utama pemerintah di wilayah tersebut, membakar ban di jalan-jalan dan memblokir lalu lintas.
Selanjutnya, unjuk rasa Hindu yang lebih besar diadakan pada Selasa (3/10/2023) sampai batu dan botol dilemparkan ke arah pengunjuk rasa, yang mengakibatkan beberapa luka ringan. Di samping itu, jam malam tanpa batas waktu diberlakukan sejak Selasa sore di Nepalgunj, sekitar 400 kilometer (250 mil) barat ibu kota, Kathmandu, tepat setelah protes Hindu diserang.
Kepala polisi daerah Santosh Rathore mengatakan, petugas sedang berpatroli di kota dan orang-orang tidak diizinkan meninggalkan rumah atau berkumpul dalam kelompok selama lockdown. Tidak ada laporan mengenai masalah apa pun dalam semalam, maupun pada Rabu (4/10/2023) pagi.
Para pejabat mengatakan mereka perlu menerapkan perintah tinggal di rumah, dan menghentikan orang-orang berkumpul untuk mencegah bentrokan lagi antara kedua belah pihak.
Adapun kekerasan komunal tidak umum terjadi di Nepal, negara mayoritas Hindu yang berubah menjadi sekuler beberapa tahun lalu. Muslim berjumlah sekitar sepertiga dari populasi Nepalgunj, dan hanya sekitar 14 persen dari populasi India, yang berbatasan dengan Kota Nepal dan telah menyaksikan kesenjangan agama yang semakin besar.