Kamis 05 Oct 2023 21:40 WIB

Zelenskyy: Rusia akan Serang Negara Lain Bila Ukraina Kalah

Zelenskyy dan para pemimpin dari 40 negara di Eropa berkumpul di Granada.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan pemimpin-pemimpin Eropa bahwa Rusia dapat membangun kapabilitas militer dan menyerang negara lain dalam kurun waktu lima tahun.
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan pemimpin-pemimpin Eropa bahwa Rusia dapat membangun kapabilitas militer dan menyerang negara lain dalam kurun waktu lima tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, GRANADA -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan pemimpin-pemimpin Eropa bahwa Rusia dapat membangun kapabilitas militer dan menyerang negara lain dalam kurun waktu lima tahun bila Eropa menahan bantuan ke Kiev.

Zelenskyy yang menghadiri pertemuan Komunitas Politik Eropa juga mengatakan, ia juga masih yakin dengan bantuan keuangan Amerika Serikat (AS) dan Eropa meski "badai politik" di Washington dan tempat lain.

Baca Juga

Dalam pidato yang emosional, Zelenskyy menggambarkan bagaimana anak-anak di timur Kota Kharkiv belajar jarak jauh atau menghadiri kelas di stasiun kereta karena serangan udara. "Sampai akhirnya terdapat sistem pertahanan udara yang sepenuhnya efektif, anak-anak tidak bisa datang ke sekolah," kata dalam pertemuan yang digelar di Granada, Spanyol sekitar 4.000 kilometer sebelah barat Kharkiv, Kamis (5/10/2023).

Ia mengatakan, menyediakan peralatan militer tambahan ke Ukraina artinya drone, tank, atau senjata Rusia lainnya tidak akan menyerang orang lain di Eropa. "Kami tidak boleh membiarkan (Presiden Rusia Vladimir) Putin merusak stabilitas bagian dunia mana pun dan mitra-mitra kami dalam upaya merusak kekuatan Eropa," kata Zelenskyy.

"Kehadiran Rusia, militer, atau proksinya di wilayah negara lain adalah ancaman bagi kita semua. Kita harus bekerja sama untuk menekan Rusia keluar dari wilayah negara lain," tambahnya.

Komunitas politik Eropa yang didirikan tahun lalu setelah invasi Rusia ke Ukraina bertujuan untuk memelihara kerja sama antara 40 negara dari Norwegia sampai Albania.

Para pemimpin Eropa yang hadir di pertemuan Granada antara lain Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak. Pertemuan ini menjadi peluang untuk menegaskan kembali komitmen mereka pada Ukraina setelah turbulensi politik baik di AS maupun Eropa mengenai bantuan ke negara itu.

Penolakan dari sebagian besar anggota Kongres dari Partai Republi di House of Representative AS memperumit negosiasi anggaran dan mencegah Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat untuk menyepakati bantuan pada Ukraina.

Dukungan di Eropa juga terlihat melunak setelah mantan perdana menteri pro-Rusia Robert Fico memenangkan pemilu di Slovakia akhir pekan lalu dengan janji untuk mengakhiri bantuan militer ke Ukraina. Zelenskyy meremehkan kekhawatiran tersebut.

"Saya yakin pada Amerika. Mereka adalah orang-orang yang kuat dengan institusi-institusi yang kuat, dan demokrasi yang kuat," katanya.

Kepala Komisi Eropa, eksekutif Uni Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan, blok tersebut sedang mengerjakan paket bantuan ke Ukraina senilai 50 miliar euro untuk tahun 2024-2027. Ia menambahkan, ia sangat yakin bantuan AS untuk Ukraina akan berlanjut. Masing-masing negara juga membuat janji serupa di Granada.

Di media sosial X yang sebelumnya bernama Twitter, Zelenskyy mengatakan ia telah berdiskusi dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, tuan rumah pertemuan Komunitas Politik Eropa, mengenai paket bantuan militer dan energi baru serta cara untuk tetap membuka koridor di Laut Hitam untuk ekspor gandum Ukraina.

Sumber dari pemerintah Spanyol mengatakan, Madrid akan menyediakan sistem pertahanan udara dan anti-drone untuk Ukraina serta pelatihan untuk tentara Ukraina tentang cara menggunakannya.

Rusia menarik diri dari kesepakatan pada Juli yang memungkinkan Ukraina  mengekspor gandumnya lewat Laut Hitam. Rusia sejauh ini menolak upaya-upaya PBB untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut, sementara Ukraina melanjutkan beberapa ekspor melalui apa yang disebutnya sebagai "koridor kemanusiaan" sementara dengan kapal-kapal kargo.

Upaya Ukraina untuk mengekspor gandum melalui jalur darat melalui negara-negara Uni Eropa menyebabkan ketegangan dengan Polandia dan beberapa anggota blok timur lainnya yang ingin melindungi para petani mereka sendiri. Kiev dan Brussel juga sedang mendiskusikan perluasan rute-rute laut alternatif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement