Jumat 06 Oct 2023 06:58 WIB

Putin Kenang Momen Ditolaknya Rusia Gabung NATO

'Kami pikir kami sudah bersahabat, apa lagi yang Barat butuhkan?'

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin mengenang momen ditolaknya Rusia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Foto: EPA-EFE/MIKHAIL METZEL/SPUTNIK/KREMLIN POOL M
Presiden Rusia Vladimir Putin mengenang momen ditolaknya Rusia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengenang momen ditolaknya Rusia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Padahal Moskow sudah secara terbuka menyatakan niatnya menjadi anggota aliansi yang terbentuk pada 1949 tersebut.

"Saya sudah mengatakan kepada sekutu kami, mitra kami di depan umum: ada saatnya Anda benar-benar menyarankan: 'Mungkin kami harus bergabung dengan NATO juga?' Jawabannya tidak. NATO tidak membutuhkan negara seperti itu,” kata Putin saat berbicara di Valdai International Discussion Club, Kamis (5/10/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

“Kami berpikir bahwa kami sudah bersahabat, bahwa kami sudah menjadi ‘borjuis’, seperti yang dikatakan beberapa orang. Apa lagi yang mereka butuhkan? Tidak ada lagi konfrontasi ideologis. Apa masalahnya?” tambah Putin.

Putin berspekulasi bahwa akar permasalahannya harus dicari justru pada kepentingan geopolitik dan arogansi serta ambisi besar Barat. Putin mengatakan, saat ini Rusia harus menanggapi tekanan geopolitik yang terus meningkat.

Dia mengungkapkan, perang yang dilancarkan oleh Ukraina dengan dukungan langsung dan aktif dari kolektif Barat telah berlangsung selama 10 tahun. Putin menyebut operasi militer khusus Rusia di Ukraina saat ini bertujuan menghentikan operasi militer di wilayah tersebut.

“Dan ini (operasi militer khusus) mengingatkan kita bahwa langkah-langkah sepihak, tidak peduli siapa yang mengambil tindakan tersebut, pasti akan memicu tindakan balasan. Seperti yang Anda tahu, tindakan akan memicu tindakan balasan,” kata Putin.

Dia menambahkan, negara mana pun yang bertanggung jawab, mandiri, dan berdaulat, akan melakukan tindakan balasan. Putin pun mengingatkan bahwa perdamaian global hanya akan tercapai ketika semua negara merasa aman.

“Perdamaian abadi akan tercipta hanya ketika semua orang merasa aman, menyadari bahwa pendapat mereka dihormati dan ada keseimbangan di dunia, ketika tidak ada seorang pun yang mampu memaksa orang lain untuk hidup sesuai keinginan hegemon. Dalam sistem seperti itu, gagasan tentang hegemon justru dinegasikan, dibuang ke tempat sampah,” ucap Putin.

Pintu NATO tak kunjung dibuka untuk Ukraina....

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement