REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Allah SWT menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ketetapan-Nya dan untuk tujuan tertentu di dunia dan akhirat. Termasuk dalam penciptaan musim panas yang terkadang membuat banyak orang mengeluh atas dampak musim kemarau yang ditimbulkan.
Namun, di balik musim kemarau ini, apakah ada hikmah yang bisa dipetik? Seorang Muslim perlu ingat bahwa apa pun yang dilimpahkan Allah kepada manusia di dunia adalah untuk dijalani dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kedekatan kepada Allah SWT agar selamat dari siksa api neraka.
Karena itulah, Allah SWT menganugerahkan manusia dengan panca indera yang dimiliki mereka. Indera penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan indera perasa, sehingga manusia bisa merasakan empat musim di dunia, menikmati daratan, lautan dan berbagai karunia lain dari Allah SWT yang tiada habisnya.
Secara ilmiah, musim panas dianggap sebagai salah satu hasil atau akibat perputaran bumi mengelilingi matahari. Sedangkan dari sisi teologis, musim panas merupakan salah satu nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Karena sungguh panasnya matahari memiliki banyak manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Di antara manfaat ilmiah musim panas yang diciptakan Allah SWT, yaitu sinar matahari memberi tubuh manusia vitamin D, yang penting dalam pertumbuhan tulang.
Selanjutnya, tumbuhan menggunakan sinar matahari untuk menyelesaikan proses fotosintesis. Tanpa sinar matahari, tanaman tidak dapat menghasilkan oksigen yang digunakan manusia dan organisme hidup lainnya untuk bernafas.
Selain itu, tanpa sinar matahari, tanaman akan mati, dan tidak akan ada sumber oksigen di permukaan bumi serta unsur nutrisi yang penting bagi manusia dan hewan pun akan hilang.
Jika tidak ada musim panas, maka manusia akan terkena dampak dingin terus-menerus yang berujung pada kepunahannya. Tubuh manusia memerlukan perubahan atmosfer disekitarnya, dari dingin menjadi hangat. Inilah salah satu pentingnya musim panas bagi manusia maupun makhluk Allah yang lain.
Adapun musim kemarau, Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan tentang makna kemarau sebenarnya yang perlu menjadi perhatian manusia. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
ليسَتِ السَّنَةُ بأَنْ لا تُمْطَرُوا، ولَكِنِ السَّنَةُ أنْ تُمْطَرُوا وتُمْطَرُوا، ولا تُنْبِتُ الأرْضُ شيئًا.
"Kemarau yang sesungguhnya bukanlah keadaan ketika kalian tidak diberi hujan. Kemarau yang sesunggguhnya adalah kalian diberi hujan, kemudian diberi hujan lagi, tetapi tidak tumbuh apa pun di bumi" (HR Muslim).
Allah SWT menimpakan para hamba-Nya dengan berbagai jenis musibah, salah satunya musibah kekeringan atau kemarau panjang dan tidak tumbuhnya bumi. Kondisi ini menghambat sarana kehidupan dan dalam banyak kasus, menyebabkan kerugian banyak orang.
Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa kemarau yang sebenarnya itu bukanlah kekeringan. Tetapi, kemarau yang sebenarnya ialah banyak terjadi hujan tetapi tidak menghasilkan apa pun. Kondisi ini terjadi karena Allah mencegahnya tumbuh.
Karena itu, bisa saja terjadi hujan yang tidak menghasilkan apa-apa dan menumbulkan apa pun di muka bumi. Misalnya, karena kondisi tanah yang sudah rusak karena eksploitasi yang dilakukan manusia sehingga akibatnya, tidak mampu menumbuhkan tanaman apapun meski sudah dihujani berkali-kali.
Dengan demikian, berdasarkan hadits tersebut, kekeringan ekstrem bukan berarti hujan tidak turun, melainkan hujan turun tetapi tidak ada yang tumbuh. Hal ini disebabkan karena terjadinya kesulitan dan persoalan di antara manusia itu sendiri, meski sudah berharap datangnya kesejahteraan ketika hujan turun.