REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebagai salah satu Manajer Investasi di Indonesia BNI Asset Management mencermati prospek reksa dana saham masih cerah hingga akhir 2023. Menurut Direktur investasi BNI AM Putut Endro Andanawari, saat ini valuasi saham di pasar modal sangatlah menarik, karena pasar saham yang terkoreksi menjadi momentum yang tepat untuk mengoleksi saham dengan valuasi murah.
"Harganya sudah murah, murah banget. Harga valuasi saham tuh sudah cukup menarik untuk masuk, karena apa? gara-gara Covid-19, ekonomi kita tetap tumbuh lima persen," ujarnya dalam acara customer gathering dengan tema "Peluang Investasi Terhadap Kebijakan Suku Bunga Acuan” di Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Investor pemburu emiten big cap hingga mid cap dengan valuasi murah dan berkualitas bisa menyimak indeks IDX Value30. Indeks tersebut berisikan 30 saham dengan valuasi rendah, likuiditas tinggi, dan kinerja keuangan yang solid.
Sesuai dengan nama indeksnya, saham-saham pendatang baru itu memiliki valuasi yang atraktif. Ada yang memang lebih murah dibandingkan dengan peers atau jika dibandingkan dengan rata-rata valuasi 5 tahun terakhir.
Putut menambahkan, saat momen pemilihan umum (pemilu) juga akan banyak investor uang masuk di sektor saham konsumer. Termasuk consumer staples atau sektor yang memproduksi barang-barang untuk kebutuhan harian.
"Sampai nanti pemilu kita akan banyak di konsumer sama consumer staples. Ke depan bakal pemilu yang diuntungkan siapa sih? produsen kaos, nasi bungkus, kalau nasi bungkusblarinya ke konsumer, jadi BNI AM nyari saham dari sini untuk reksa dana yang aktif," tuturnya.
Sebagai imformasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21 September 2023 telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen. Keputusan BI telah memperhitungkan potensi kenaikan suku bunga The Fed satu kali lagi hingga akhir tahun 2023.
Faktor lainnya dari domestik adalah perekonomian Indonesia yang dipandang masih tetap bagus. Hal ini didukung oleh angka inflasi Agustus 2023 yang tetap terjaga di kisaran sasaran 3,0 persen dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah.