Selasa 17 Oct 2023 19:40 WIB

Isi Seminar di UMJ, Profesor Asal California Bicara Soal Transisi di Era Pandemi

Kebutuhan akan kesehatan mental tidak terpenuhi selama pandemi.

Kantor Urusan Internasional (KUI) berkolaborasi dengan Prodi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta menggelar seminar internasional dengan mengundang Prof Dr Paul Duongtran dari Departement of Social Work College of Health, Human Service, and Nursing California State University sebagai pembicara.
Foto: Universitas Muhammadiyah Jakarta
Kantor Urusan Internasional (KUI) berkolaborasi dengan Prodi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta menggelar seminar internasional dengan mengundang Prof Dr Paul Duongtran dari Departement of Social Work College of Health, Human Service, and Nursing California State University sebagai pembicara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kantor Urusan Internasional (KUI) berkolaborasi dengan Prodi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta menggelar seminar internasional dengan mengundang Prof Dr Paul Duongtran dari Departement of Social Work College of Health, Human Service, and Nursing California State University sebagai pembicara. Profesor Paul berbicara tentang transisi di era pandemi Covid-19. 

Mengangkat tema 'Lesson From Pandemic: Health for democracy and Implications for Social Work' di Auditorium Kasman Singodimedjo, acara dimoderasi oleh Dosen Kessos FISIP UMJ, Wa Ode Asmawati, MSi. Seminar diikuti oleh mahasiswa, dosen, serta civitas akademika FISIP UMJ.  Seminar ini bertujuan untuk mengembangkan kerjas ama dalam level Internasional.

Baca Juga

Ketua KUI Endang Zakaria berharap dengan adanya seminar internasional ini memicu adanya kerjas ama dengan universitas Internasional lainnya. “UMJ sedang mengembangkan kerjasama bukan hanya level Asia dan Asean, tetapi dengan kampus Internasional lainnya, salah satunya Amerika,” kata Endang, dalam siaran pers, Selasa (17/10/2023).

Pada pemaparannya, Prof Paul Doungtran membahas tentang masa transisi dari era normal menjadi era pendemi yakni kesulitan dalam bidang pendidikan di mana siswa dan guru harus belajar secara daring menimbulkan masalah pada kesehatan mental. Lebih lanjut, Paul menjelaskan masyarakat yang berada di negara kepulauan seperti Indonesia lebih sulit dalam mendapatkan akses internet. Terlebih lagi, tidak memiliki gawai yang cukup baik sehingga menghambat proses kegiatan belajar mengajar. Hal itu membuat kesehatan mental masyarakat terganggu akibat datangnya pandemi.

Tidak hanya itu, sebagian masyarakat tidak mempercayai pandemi, tetapi lebih mempercayai bahwa pandemi adalah untuk menipu orang-orang. Hal itu membuat Pandemi sulit untuk ditangani secara medis dan berdampak pada mental, salah satunya tenaga medis. "Kurangnya perhatian atau apresiasi untuk para garda terdepan membuat mereka menjadi tidak percaya diri. Namun demikian, mereka tetap harus mengerjakan tugas mereka," kata Paul.

Paul menambahkan, kebutuhan akan kesehatan mental tidak terpenuhi selama pandemi. Keadaan itu semakin diperparah dengan menurunnya keadaan ekonomi masyarakat akibat pandemi. Masyarakat mengalami ke khawatiran, keuangan menurun, kesehatan, perceraian, hilangnya kualitas hidup, penurunan kesehatan mental bagi pekerja, dan keluarga.

Dalam sesi lain, Paul berharap bisa terus melakukan kerjasama, terlebih lagi UMJ dapat menjadi tuan rumah konferensi Internasional tentang mental health pada tahun 2025. “Saya berharap untuk terus berkerjasama untuk mendapatkan keberhasilan secara bersama, Jadi saya berharap akan kembali lebih cepat di tahun 2025,” pungkas Paul.

Seminar Internasional Kessos FISIP UMJ yang berkolaborasi dengan Kantor Urusan Internasional (KUI) dihadiri ratusan peserta baik daring maupun luring diakhiri dengan sesi tanya jawab dan diskusi tentang kolaborasi internasional antara UMJ dan California University.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement