REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini penduduk usia produktif di Indonesia didominasi oleh generasi Z dan milenial. Keduanya identik dengan kebiasaan menggunakan teknologi digital.
Kondisi ini disadari oleh PNM sebagai tantangan untuk mampu melakukan transformasi bisnis kedepannya, mengingat calon nasabah binaan PNM akan mulai bergeser kepada mereka yang sudah terbiasa dengan dunia digital.
Direktur Operasional, Digital dan Teknologi Informasi PNM Sunar Basuki mengatakan, meskipun nasabah yang dibina PNM berasal dari kelas ekonomi low income dengan kepemilikan smartphone yang belum merata, namun persiapan teknologi bagi nasabah kedepannya harus dimulai dari sekarang.
“Sebagian besar nasabah Mekaar adalah generasi milenial yang sudah lebih maju memanfaatkan teknologi, jadi harus ada transformasi bisnis melalui digitalisasi. Apalagi kedepannya potential customer PNM adalah generasi Z yang lebih tech savy,” kata Sunar, saat menerima kunjungan 100 mahasiswa magister manajemen yang tergabung dalam Global Network for Advanced Management (GNAM), Selasa (17/10/2023).
Bagi nasabah yang saat ini belum melek digital, PNM terus berkomitmen memberikan literasi dan inklusi digital dengan bekerjasama melalui berbagai program dengan pihak ketiga. Kali ini, ketua kelompok menjadi target utama PNM dalam memberikan literasi digital. Nasabah diajarkan tentang pentingnya menggunakan media sosial dan e-commerce untuk megembangkan usaha dan menjangkau pasar yang lebih luas.
“PNM mempersiapkan aplikasi PNM Digi Nasabah bagi yang sudah mahir menggunakan teknologi. Para ketua kelompok akan jadi target digitalisasi prioritas karena mereka yang akan menjadi perpanjangan tangan PNM dalam mengelola pinjaman anggota kelompok,” katanya.
Sebagai lembaga jasa keuangan non-bank yang hadir untuk memberikan pendampingan bagi masyarakat prasejahtera yang tidak bankable, PNM berkomitmen mendorong keberlanjutan usaha nasabah ultramikro lewat pemberian modal finansial, intelektual dan sosial. Ketiganya adalah modal prioritas yang dimulai dengan perihal finansial dan diikuti dengan digital.
“Ketika literasi keuangan sudah dipahami oleh nasabah akan lebih mudah untuk mengarahkan mereka memiliki produk keuangan selanjutnya baru bergerser ke literasi digital agar usaha mereka naik kelas,” kata Sunar.
PNM tidak berhenti pada upaya memberikan pembiayaan saja, namun memberikan pembiayaan dan pendampingan berkelanjutan sampai pada naik kelasnya usaha ultra mikro dan mikro menjadi lebih berdaya. Pembiayaan dan pendampingan secara berkesinambungan inilah yang menjadi pembeda PNM dengan lembaga pembiayaan lain.