Rabu 18 Oct 2023 12:48 WIB

Tengkorak Ini Ungkap Bukti Kekerasan di Timur Tengah, Lihat Penampakannya

Timur Tengah kuno adalah tempat yang ideal untuk mencari petunjuk kekerasan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Asap mengepul keudara setalah serangan udara Israel di Jalur Gaza, terlihat dari Israel selatan, Ahad, (15/10/2023).
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Asap mengepul keudara setalah serangan udara Israel di Jalur Gaza, terlihat dari Israel selatan, Ahad, (15/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelusuran mendalam terhadap kekerasan yang terjadi di Timur Tengah selama hampir 12 ribu tahun menunjukkan bahwa pertumpahan darah meroket ketika negara-negara proto, atau masyarakat tingkat negara, mulai muncul sekitar 6.500 tahun yang lalu. Bahkan, meningkat lagi ketika kekeringan dan negara adidaya melanda sekitar 3.200 tahun yang lalu, menurut analisis tengkorak dan tulang manusia yang babak belur.

Tengkorak dan tulang tersebut, dari lebih dari 3.500 orang yang terluka dalam konflik di Timur Tengah selama masa pra-Klasik (12.000 SM hingga 400 SM), berasal dari wilayah geografis yang mencakup Turki, Levant (tanah di sekitar Mediterania timur), Mesopotamia, dan Iran. Sisa-sisa manusia ini dipelajari oleh tim peneliti internasional yang tertarik untuk menguji hipotesis tentang naik turunnya kekerasan di zaman pramodern, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada 9 Oktober di jurnal Nature Human Behavior.

Baca Juga

Tim menyelidiki trauma tengkorak dan luka terkait senjata pada kerangka orang-orang yang tinggal di Timur Tengah selama salah satu dari empat periode waktu: Neolitikum (12000 hingga 4500 SM), Zaman Tembaga (4500 hingga 3,300 SM), Zaman Perunggu. (3300 hingga 1200 SM) dan Zaman Besi (1200 hingga 400 SM).

Timur Tengah kuno adalah tempat yang ideal untuk mencari petunjuk untuk memahami kekerasan pada manusia karena wilayah geografis ini penting bagi beberapa inovasi besar dalam budaya manusia, mulai dari domestikasi tumbuhan dan hewan hingga penciptaan kota pertama yang dimulai sekitar 11.000 tahun yang lalu. 

 

photo
Tengkorak mengungkap sejarah kekerasan yang terjadi di Timur Tengah. - (phys,com)

 

Tujuan para peneliti adalah menguji asumsi tentang tingkat kekerasan dalam periode waktu tersebut. Misalnya saja, kepadatan penduduk yang rendah pada periode Neolitik kemungkinan besar berarti rendahnya tingkat kekerasan, sementara munculnya negara dan kerajaan pada periode selanjutnya mungkin telah meningkatkan kekerasan antarpribadi, terutama ketika masyarakat mulai hidup berdekatan satu sama lain di kota-kota awal.

Melalui analisis mereka terhadap cedera traumatis yang diidentifikasi pada tengkorak kuno, tim menemukan bahwa kejadian kekerasan meningkat secara dramatis di Zaman Tembaga, ketika konflik terorganisasi berskala besar muncul di negara-negara proto pertama, dan kemudian di Zaman Besi, karena pergolakan besar yang mencakup kekeringan selama 300 tahun dan kebangkitan negara adidaya militer seperti Kekaisaran Asiria.

Namun penurunan kekerasan secara substansial terjadi pada Zaman Perunggu antara tahun 3000 dan 1500 SM, demikian temuan para peneliti, meskipun terdapat banyak tantangan terkait iklim dan urbanisme. Mereka menyimpulkan bahwa kemungkinan besar penurunan kekerasan terjadi pada saat negara-negara awal mencapai kapasitas yang besar untuk mengurangi konflik dalam masyarakatnya.

Berkurangnya kekerasan di Zaman Perunggu kemungkinan besar disebabkan oleh inovasi sosial yang mengubah individu menjadi warga negara.

“Tampaknya cukup jelas bahwa sistem hukum berkembang pesat selama Zaman Perunggu, dan bahkan warga negara yang bebas pun menikmati perlindungan hukum pada tingkat tertentu,” ujar rekan penulis studi Giacomo Benati, seorang sejarawan ekonomi di Universitas Barcelona, seperti dilansir laman  Live Science, Rabu (18/10/2023)).

“Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin memiliki cara damai untuk menyelesaikan perselisihan.”

Namun perdamaian hanya berumur pendek, karena pada Zaman Besi terdapat tingkat kesenjangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, berkurangnya sumber daya, dan meningkatnya peperangan terkait dengan bangkitnya kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan Het, yang menguasai wilayah yang kini menjadi bagian dari Turki. 

"Penemuan trauma tengkorak bagian atas pada zaman Tembaga dan Besi mungkin menunjukkan bahwa pukulan di kepala mungkin merupakan cara paling umum untuk membunuh pada periode pra-modern,” kata Benati.

Debra Martin, ahli bioarkeologi di Universitas Nevada, Las Vegas yang tidak terlibat dalam penelitian ini tetapi memiliki keahlian dalam bidang kekerasan kuno, mengatakan penelitian ini menarik dan didasarkan pada data yang solid.

“Saya memuji penulis memilih untuk tidak menafsirkan data agar sesuai dengan satu penjelasan sebab akibat,” ujarnya. 

“Kekerasan dan konflik sering kali tidak hanya didorong oleh faktor eksternal namun juga oleh ideologi, keyakinan, dan simbolisme. Dengan kata lain, hal yang mendorong kekerasan menjadi rumit.”

Tim peneliti berencana untuk melakukan studi lanjutan untuk membahas aspek-aspek tambahan dari tren kekerasan antarpribadi dari waktu ke waktu, seperti apakah laki-laki atau perempuan lebih mungkin terkena dampaknya.

“Data kerangka secara unik sangat cocok untuk memahami perubahan dalam kesejahteraan manusia,” kata Benati dan kami tentu akan mencoba mengamati perbedaan gender juga dimensi gender tentu saja merupakan salah satu hal yang sangat penting.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement