REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Klub-klub Liga Primer Inggris mendapat kritik pedas karena dinilai terlalu lama mengeluarkan pernyataan resmi terkait konflik di Timur Tengah. Tak terkecuali, Tottenham Hotspur.
Spurs bahkan menghadapi kenyataan yang lebih sulit. Setiap tim diharuskan melihat dari sisi berimbang. Fokus pada korban sipil yang berjatuhan akibat peperangan ini.
Tottenham memiliki hubungan yang sangat dekat dengan komunitas Yahudi di London Utara. Sebagian besar penggemar the Lilywhites, secara historis beragama Yahudi. Termasuk Chairman, Daniel Levy.
Oleh karena itu, ada harapan dari penggemar melihat klub tersebut menunjukkan dukungan lebih pada Israel. Terutama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Faktanya konflik terus berkembang.
Korban sipil berjatuhan dari kedua pihak. Entah itu wanita hingga anak-anak. Spurs mencoba mengikuti jejak tim Inggris lainnya dalam merespons, meski tidak mengasingkan basis penggemar inti. Tottenham membutuhkan waktu lima hari untuk menyusun tanggapan resmi.
"Klub dan dan semua football family sangat terkejut dan sedih atas meningkatnya krisis di Israel dan Gaza. Klub mengutuk keras tindakan yang mengerikan dan brutal terhadap warga sipil yang tidak bersalah," demikian bunyi postingan di akun Twitter resmi the Lilywhites, dikutip dari Marca, Rabu (18/10/2023).
Itu bunyi pernyataan yang netral. Tidak terfokus siapa yang paling benar atau salah. Tapi pada korban yang berjatuhan di luar militer.
Rupanya, sikap Spurs tidak bisa diterima komunitas Yahudi yang juga penggemar klasiknya. Kritik bermunculan. Levy dan tim komunikasi the Lilywhites dinilai tidak mengeluarkan respons yang tepat.
"Penggemar Tottenham di Israel merasa dikhianati. Saya dapat memberitahu Anda, cukup banyak penggemar di Israel yang memutuskan untuk membatalkan keanggotaan mereka (sebagai pendukung resmi Tottenham Hotspur)," kata Ketua Suporter Spurs yang berbasis di Israel dalam wawancara dengan The Athletic.
Tottenham berupaya bereaksi seadil-adilnya. Mereka juga memiliki penggemar yang berbasis di Arab. Apalagi tim tidak berkonsentrasi pada kelompok mana yang seharusnya disalahkan.
Basis penggemar Spurs dari kalangan Yahudi jauh lebih kecil dibandingkan era 1980-an. Namun tetap saja, situasi ini bisa sedikit menghadirkan ketidaknyamanaan. Terutama ketika tiba momen mengheningkan cipta.