Kamis 19 Oct 2023 21:49 WIB

Indonesia Siap Kolaborasi dengan Malaysia Lawan Diskriminasi Sawit

Saat ini kolaborasi kedua negara masih dalam tahap diskusi.

Petani memanen buah sawit di kebunnya di Desa Tibo, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Ahad (10/9/2023). Menurut petani harga buah sawit di daerah tersebut naik dari Rp1000 per kilogram menjadi Rp1200 per kilogram.
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Petani memanen buah sawit di kebunnya di Desa Tibo, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Ahad (10/9/2023). Menurut petani harga buah sawit di daerah tersebut naik dari Rp1000 per kilogram menjadi Rp1200 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko menyampaikan, pemerintah Indonesia siap berkolaborasi dengan Malaysia untuk melawan Uni Eropa terkait dengan diskriminasi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) oleh Uni Eropa.

"Ya kita kan sama-sama di-banned oleh EU (Uni Eropa). Kita kerja samanya supaya men-sued EU supaya CPO kita bisa dijual di sana," ujar Didid di sela-sela gelaran Trade Expo Indonesia 2023 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (19/10/2023).

Didid mengatakan, Indonesia dan Malaysia sama-sama penghasil sawit. Adanya Undang-Undang Anti-Deforestasi yang mengatur tentang larangan impor barang hasil penggundulan hutan. Aturan ini bertujuan untuk memastikan konsumsi dan perdagangan tidak berkontribusi terhadap deforestasi dunia.

Kerja sama ini, juga dilatarbelakangi oleh kesamaan kedua negara yang memiliki Bursa CPO, meski Malaysia sudah memulainya sejak lama. Selama ini, harga acuan CPO Indonesia berdasarkan pada harga dari bursa Rotterdam dan Malaysia.

Namun demikian, Didid belum bisa memastikan bentuk kerja sama dengan Malaysia. Didid mengatakan, saat ini kolaborasi kedua negara masih dalam tahap diskusi.

"Jadi nanti apa yang bisa kita kerja sama dengan mereka, misalnya mereka CPO sisi mananya, kita sisi mananya. Tapi belum tahu kira-kira apa, tapi kita sudah ada omong-omong dengan mereka kalau kita akan berkolaborasi," kata Didid.

Didid juga menegaskan, kehadiran Bursa CPO Indonesia bukan untuk menandingi Malaysia. Menurut Didid, bursa ini bisa menjadi jembatan bagi kedua negara untuk berkolaborasi.

"Tapi tidak dalam posisi persaingan, tapi kolaborasi untuk yang sebaik-baiknya," ujarnya.

Sementara itu, pada November 2023, Didid akan menghadiri Konferensi Sawit atau Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Bali. Didid berencana untuk mempromosikan Bursa CPO kepada negara-negara lain yang datang dan melihat responnya.

"Saya nanti akan jualan di situ, nanti kita lihat responnya," kata Didid.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement