REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Serangan udara Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 700 orang dalam 24 jam terakhir, kata Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza pada Selasa (24/10/2023). Itu mewakili peningkatan besar-besaran jumlah korban tewas, di tengah serangan bom Israel yang melebar di wilayah itu sejak 7 Oktober.
“Itu telah membawa jumlah korban Palestina yang dibunuh oleh Israel menjadi 5.791, termasuk 2.360 anak-anak. Setidaknya 16.297 lainnya terluka,” kata juru bicara kementerian Ashraf al-Qidra dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Ahram Online, Rabu (25/10/2023).
Dia menambahkan mereka telah menerima 1.550 laporan tentang orang hilang, termasuk 870 anak-anak. Ini menunjukkan mereka yang hilang masih bisa berada di bawah puing-puing bangunan yang runtuh.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan 12 rumah sakit dari total 35 di Gaza tidak berfungsi pada Senin. Dikatakan 46 dari 72 fasilitas perawatan kesehatan di seluruh Gaza, atau 64 persen, tidak beroperasi, sebagian besar di kota Gaza dan Gaza utara.
Al-Qidra mengatakan, fasilitas kesehatan tidak beroperasi karena serangan atau karena kekurangan bahan bakar untuk menjaga mereka tetap beroperasi. "Kementerian Kesehatan mengumumkan keruntuhan total rumah sakit di Jalur Gaza," katanya.
Al-Qidra menyerukan pemerintah Mesir untuk membuka titik persimpangan Rafah dan memastikan pengiriman pasokan medis dan bahan bakar ke Gaza dan memungkinkan yang terluka dirawat di Mesir.
Mesir mengatakan tidak menutup penyeberangan, tetapi serangan udara berulang Israel di sisi Palestina memaksa penutupannya.