Kamis 26 Oct 2023 11:40 WIB

Joe Biden Ragukan Data Kematian Penduduk Gaza Akibat Agresi Israel

Sejak 7 Oktober 2023 lalu hingga saat ini, Israel membombardir Jalur Gaza.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina mencari jenazah dan korban di antara puing-puing rumah keluarga Al Shawa yang hancur akibat serangan udara Israel di Gaza, Palestina, Rabu (25/10/2023).
Foto: EPA-EFE/Mohammed Saber
Warga Palestina mencari jenazah dan korban di antara puing-puing rumah keluarga Al Shawa yang hancur akibat serangan udara Israel di Gaza, Palestina, Rabu (25/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, meragukan data tentang jumlah korban tewas akibat serangan Israel yang dirilis Kementerian Kesehatan Gaza. Saat menyampaikan hal itu, jumlah penduduk Gaza yang terbunuh oleh agresi Israel telah mencapai sedikitnya 6.546 jiwa.

Dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Rabu (25/10/2023), seorang jurnalis bertanya kepada Biden, dengan jumlah kematian yang telah melampaui 6.500 jiwa, termasuk di dalamnya sekitar 2.700 anak-anak, apakah hal itu menunjukkan Israel mengabaikan seruan AS agar meminimalisasi kematian warga sipil dalam serangan udaranya ke Gaza.

Baca Juga

“Saya tidak menduga Palestina mengatakan yang sebenarnya mengenai berapa banyak orang yang terbunuh. Saya yakin orang-orang tak berdosa telah terbunuh, dan ini adalah harga dari perang,” ujar Biden merespons pertanyaan tersebut.

“Saya pikir Israel harus sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa mereka fokus mengejar orang-orang yang menyebarkan perang melawan Israel. Dan itu bertentangan dengan kepentingan mereka jika hal itu tidak terjadi. Tapi saya tidak yakin dengan angka (korban) yang digunakan oleh Palestina,” tambah Biden.

Dia tak menjelaskan mengapa dia skeptis terhadap tokoh-tokoh Palestina. Data tentang jumlah korban yang dirilis Kementerian Kesehatan Gaza secara konsisten diandalkan oleh banyak organisasi media, kelompok hak asasi manusia, dan PBB. Hal itu karena data tersebut akurat dalam konflik-konflik yang terjadi sebelumnya.

Sementara itu The Committee to Protect Journalists (CPJ) mengungkapkan, jurnalis yang berbasis di Gaza menghadapi risiko sangat tinggi ketika melakukan peliputan. Menurut CPJ, sejak Israel dan Hamas terlibat pertempuran pada 7 Oktober 2023 lalu, jumlah jurnalis yang terbunuh telah mencapai 24 orang. Sebanyak 20 jurnalis di antaranya merupakan warga Palestina.

“Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Berdasarkan laporan awal, kami juga memperkirakan 48 fasilitas media di Gaza terkena dampak atau hancur (akibat serangan Israel),” ungkap Direktur Kedaruratan CPJ Lucy Westcott dalam sebuah wawancara dengan NPR.

Sejak 7 Oktober 2023 lalu hingga saat ini, Israel membombardir Jalur Gaza dengan serangan udara. Agresi tersebut dilakukan setelah Hamas melancarkan serangan dan operasi infiltrasi yang menyebabkan setidaknya 1.400 warga Israel tewas.

Sejauh ini, kampanye serangan udara Israel ke Gaza telah membunuh sedikitnya 6.546 warga Palestina, termasuk di dalamnya 2.704 anak-anak. Sementara korban luka sekitar 17 ribu orang.

Lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi akibat serangan Israel. Situasi kemanusiaan memburuk karena pasokan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut masih sangat terbatas.

Israel pun belum mengizinkan bahan bakar memasuki Gaza. Rumah sakit-rumah sakit di sana terancam tak bisa lagi beroperasi jika bahan bakar tak lekas disuplai ke Gaza.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement