Kamis 26 Oct 2023 15:01 WIB

IFC: Permasalahan Logistik Jadi Hambatan Masyarakat Berbisnis di Ecommerce

IFC menilai masyarakat butuh aplikasi untuk menjadi reseller di Ecommerce

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja melihat barang yang dijual pada salah satu ecommerce , Jakarta, Kamis (5/3).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pekerja melihat barang yang dijual pada salah satu ecommerce , Jakarta, Kamis (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — International Finance Corporation (IFC) bersama dengan Evermos mengeluarkan laporan "Inclusive Employment: Advancing Economic Opportunities at the Base of the Pyramid”. Dalam laporan itu dijelaskan, tingginya biaya yang diperlukan dan permasalahan logistik merupakan hambatan utama untuk masyarakat Indonesia bisa turut berpartisipasi dalam sektor e-commerce yang sedang berkembang.

Evermos mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan menumbuhkan jaringan reseller untuk menjual produk yang diminati di masyarakat ekonomi bawah. Dengan demikian, masyarakat ekonomi bawah tersebut bisa mendapatkan penghasilan dan memperluas akses pasarnya.

"Sektor swasta sebagai yang memiliki kunci terhadap lapangan kerja pastinya memiliki peranan sangat penting,” ujar Operations Officer, Gender, and Economic Inclusion IFC Alexis Geaneotes dalam siaran persnya, Kamis (26/10/2023).

Dalam laporannya menyebutkan, solusi diawali dengan diadakannya sebuah wadah digital atau platform yang bisa diakses oleh orang-orang di daerah-daerah berpenghasilan rendah. Platform reseller Evermos memudahkan masyarakat untuk mendapatkan kesempatan bekerja meraih penghasilan tambahan sebagai reseller yang menjual produk-produk dari UMKM.

Di mana, penghasilan tambahan tersebut totalnya mencapai satu pertiga dari sumber penghasilannya, terutama untuk ibu rumah tangga. Sebesar 10 persen reseller dengan performa paling bagus bisa meraih penghasilan tambahan sampai Rp 2,7 juta per bulan, ekuivalen dengan rata-rata upah minimum nasional.

Alexis menerangkan, praktik pembukaan lapangan kerja inklusif kemudian membutuhkan partisipasi, di mana perlunya menyediakan akses platform digitalisasi yang fleksibel bisa dibuka kapan saja, tanpa perlu modal dan prasyarat, hanya dengan ponsel. 

“Pemajuan kemudian diberikan lewat adanya pelatihan-pelatihan dan pengembangan profesional. Kemudian pemberdayaan berperan sebagai ruang dialog dan umpan balik, disajikan dalam konsep kumpul komunitas dan grup-grup online sesama reseller,” ujar dia.

Co-founder dan Chief of Sustainability Evermos Iqbal Muslimin mengatakan, bagian terpenting dalam mempromosikan lapangan kerja inklusif terletak pada peran komunitas di daerah-daerah untuk merangkul sesama reseller dan pengadaan pelatihan.

"Didirikan tahun 2018, Evermos telah menghubungkan dengan digitalisasi lebih dari 1.200 UMKM agar produknya bisa dijual secara mudah oleh lebih dari 700.000 reseller-reseller, terutama di masyarakat kelas bawah, kemudian mendapatkan penghasilan dan memajukan ekonomi keluarganya,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement