REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku penyelenggara Bursa Karbon atau IDX Carbon berharap sebanyak 1,7 juta unit karbon dapat terserap hingga akhir 2023. Sejak diluncurkan pada September lalu, karbon yang terserap sudah mencapai 464,8 ribu unit.
"Kami berharap paling tidak 1,7 juta ton unit karbon bisa terjual di tahun ini, ataupun sebagian di tahun depan," kata Direktur Utama BEI Iman Rachman saat konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, Kamis (25/10/2023).
Menurut Iman, saat ini baru terdapat dua penyedia unit karbon yakni Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) melalui Proyek Lahendong dan PLN Nusantara Power melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Blok 3 Muara Karang.
Iman menyampaikan, BEI masih menunggu sejumlah perusahaan lainnya yang siap melantai di bursa karbon. Iman mengatakan proses pencatatan di bursa karbon berbeda dengan di bursa efek.
Untuk masuk bursa karbon, perusahaan harus melakukan registrasi di dalam Sistem Registri Nasional (SRN) yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK).
Adapun total nilai transaksi yang terjadi di bursa karbon baru mencapai Rp 29,5 miliar. Untuk meramaikan transaksi di bursa karbon, BEI bersama OJK dan KLHK tengah mengkaji kemungkinan melibatkan anggota bursa (AB) sebagai perantara di perdagangan bursa karbon.