REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pada masa darurat sampah, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat, memanfaatkan lahan di kawasan Gedebage untuk menjadi tempat penampungan sementara (TPS). Ke depan, lahan tersebut akan dijadikan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung Dudy Prayudi menjelaskan, TPS darurat di Gedebage awalnya difungsikan untuk mengatasi masalah sejumlah TPS yang sampahnya sudah melebihi kapasitas (overload), imbas kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.
Dudy mengeklaim sejumlah TPS yang overload sudah bisa ditangani dan ritase pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti juga membaik. Karena itu, Pemkot Bandung mendorong TPST di Gedebage, seperti yang sudah ada di kawasan Cicukang Holis. “Jadi, TPS Gedebage ini kita ubah, tidak lagi tempat penyimpanan sampah, tapi menjadi tempat pengolahan sampah organik,” kata Dudy, Rabu (1/11/2023).
Selain yang organik, akan disiapkan juga untuk pengolahan sampah anorganik. Menurut Dudy, rencananya di TPST itu akan ditempatkan Gibrik Mini, yang merupakan alat pemilah sampah otomatis. Sampah organik disebut akan diolah menggunakan metode maggot dan pengomposan.
Adapun sampah anorganik akan diolah lagi melalui mesin pencacah dengan teknologi RDF (Refuse Derived Fuel), yang dapat menjadi alternatif bahan bakar pengganti batu bara. “Rencananya kita akan coba kombinasikan (pengolahan sampah organik dan anorganik) dan coba berkoordinasi dengan pabrik semen atau pabrik tekstil di Kota Bandung,” kata Dudy.
Menurut Dudy, alokasi anggaran untuk merealisasikan TPST itu sudah disetujui dewan dalam APBD Perubahan 2023. “Kita coba eksekusi secepat mungkin. Bisa jadi Desember sudah bisa dimulai karena pimpinan meminta secepatnya,” ujar dia.
Dudy mengatakan, saat ini Pemkot Bandung memiliki 15 Gibrik Mini, yang disebar di sejumlah TPS kewilayahan. Ke depan, kata dia, sekitar enam sampai delapan Gibrik Mini akan ditempatkan di TPST Gedebage agar pengolahan sampah lebih terpusat.
Penanganan sampah di TPS
Berdasarkan data per Selasa (31/10/2023), dilaporkan ada sekitar 24 TPS, dari 135 TPS di Kota Bandung, yang kondisinya masih overload. Menurut Dudy, TPS yang overload sampah ini karena ritase harian pengangkutan sampah ke TPA masih belum normal, begitu juga upaya pengolahan sampah.
Dudy mengatakan, semuanya akan diselesaikan secara bertahap, sekaligus tetap mendorong upaya pemilahan dan pengolahan sampah, sehingga dapat menekan beban TPS maupun TPA.
“Kita berproses begitu lah ya. Jadi, proses pengurangan juga ada. Kemudian kita juga mengatur ritase di tiap TPS. Kalau biasanya setiap hari diangkut, sekarang dua hari sekali diangkutnya. Karena di beberapa TPS itu ada yang memang kapasitasnya kecil, sedangkan jumlah sampahnya banyak, jadi mudah overload,” kata Dudy.